Analis: Israel Sedang Merekayasa Ulang Konfrontasi Gaza — Ke Mana Eskalasi Akan Mengarah?
Di tengah lanskap regional yang tegang dan medan pertempuran yang terus berubah, Gaza kembali muncul sebagai arena utama dalam konfrontasi yang berlangsung
Palestina, FAKTAGLOBAL.COM – Di tengah lanskap regional yang tegang dan medan pertempuran yang terus berubah, Gaza kembali muncul sebagai arena utama dalam konfrontasi yang berlangsung — mengungkap strategi Israel yang konsisten dalam memperluas kendali dan memperdalam dominasi keamanan tanpa memedulikan perjanjian maupun tekanan internasional.
Dalam analisis eksklusif untuk Pusat Informasi Palestina, analis politik Sari Orabi menjelaskan bahwa tindakan Israel di Gaza tidak dapat dianggap sebagai sekadar “reaksi militer.”
Sebaliknya, tindakan itu mencerminkan doktrin strategis jangka panjang yang berakar pada pandangan bahwa Gaza adalah medan konfrontasi penting yang harus ditundukkan dengan cara apa pun.
Israel Berupaya Membentuk Ulang Lingkungan Politik dan Keamanan Gaza
Melalui tinjauan lebih luas atas perilaku Israel di Suriah, Lebanon, dan Tepi Barat, Orabi mencatat bahwa rangkaian peristiwa yang saling terkait ini menunjukkan satu tujuan besar: merekayasa ulang seluruh lingkungan politik dan keamanan Gaza demi keuntungan Israel.
Ia menegaskan bahwa eskalasi di Gaza mencerminkan pola operasi Israel di berbagai front:
Di Suriah, Israel terus memperluas pengaruhnya melalui serangan, pembunuhan, dan penangkapan — meski front Suriah tidak melepaskan satu pun tembakan ke Israel.
Di Lebanon, Israel mengelak dari komitmen gencatan senjata sembari tetap menduduki wilayah Lebanon.
Di Tepi Barat, pelanggaran harian dan penindasan tanpa henti menunjukkan doktrin Israel yang mengandalkan kekuatan militer tanpa batas.
Pola ini, tegas Orabi, bukanlah kebetulan atau peristiwa terpisah — melainkan strategi dominasi yang menyatu.
Gaza: Inti dari Pola Pikir Keamanan Israel
Menurut Orabi, Gaza berada di jantung pola pikir keamanan Israel, dipandang Tel Aviv sebagai pusat konfrontasi dan kunci dari apa yang mereka sebut “keamanan nasional.”
Israel tidak menunjukkan keinginan untuk melepaskan apa yang mereka klaim sebagai “hak prerogatif keamanan.” Sebaliknya, Israel terus melakukan:
serangan udara,
pembunuhan terarah,
invasi,
penangkapan luas, dan
operasi pengawasan berkelanjutan
— semuanya dengan dalih “kebutuhan keamanan,” terlepas dari akurasi atau kebenaran klaim yang dibuat.
Orabi mencatat: Bagi Israel, tolok ukur bukanlah bukti, tetapi manfaat keamanan yang mereka rasakan.
Gencatan Senjata Hanya di Atas Kertas: Manuver PBB Berbasis AS Memberi Israel Lampu Hijau
Orabi menyoroti bahwa bahkan setelah resolusi terbaru Dewan Keamanan PBB, Israel tidak memiliki niat untuk menarik diri sepenuhnya dari Gaza.
Melalui formula PBB yang didorong AS, penarikan Israel dikaitkan dengan penilaian Israel sendiri mengenai apakah mereka telah berhasil “menetralisir” perlawanan — memberikan Tel Aviv kebebasan tanpa batas untuk mempertahankan sabuk keamanan di sekitar Gaza.
Dengan ini, Israel dapat:
terus beroperasi di dalam Gaza,
melakukan penggerebekan dan pembunuhan,
menangkap warga Palestina sesuka hati,
sambil memperlakukan kehadirannya bukan sebagai sementara, tetapi sebagai mandat tanpa batas waktu.
Israel Memandang Seluruh Gaza sebagai Populasi Musuh
Orabi menekankan bahwa Israel melihat seluruh penduduk Gaza sebagai lawan — dengan Hamas dan faksi perlawanan bersenjata sebagai target utama.
Tujuan Israel, katanya, jelas: membongkar perlawanan, atau setidaknya mencegahnya bangkit kembali — dengan menyerang siapa pun, tempat mana pun, atau aktivitas apa pun yang dianggap Israel sedikit saja terhubung dengan perlawanan.
Israel memproduksi berbagai dalih, seringkali lemah atau tidak berdasar, untuk membenarkan serangan-serangannya, menjadikannya kedok bagi penargetan sistematis.
Strategi Hukuman Kolektif dan Keruntuhan Sosial
Lebih dari sekadar operasi militer, Orabi menegaskan bahwa Israel tidak sungguh-sungguh berupaya menghindari korban sipil. Serangan terhadap perempuan dan anak-anak yang meningkat akhir-akhir ini justru mengungkap strategi hukuman kolektif yang disengaja.
Tujuannya, jelasnya, adalah untuk:
memperparah penderitaan,
mematahkan ketahanan sosial,
menciptakan lingkungan yang tak layak huni di Gaza, dan
mencegah munculnya kekuatan Palestina di masa depan.
Ia menggambarkan ini sebagai proyek jangka panjang Israel untuk mengubah Gaza menjadi ruang yang tidak mampu menopang kehidupan — sebuah strategi yang diperhitungkan yang melayani tujuan politik Israel secara menyeluruh.
Doktrin yang Tidak Memiliki Ujung
Sebagai penutup, Orabi menekankan bahwa eskalasi Israel saat ini bukan bagian dari gejolak sementara, tetapi kelanjutan dari doktrin keamanan yang mengakar kuat, dibangun di atas dominasi jangka panjang.
Pendekatan ini akan berlanjut, ujarnya, kecuali jika muncul tekanan internasional yang benar-benar efektif, atau kecuali Israel akhirnya dikenai batasan nyata yang memaksanya menghentikan agresi dan menghormati perjanjian gencatan senjata. (PW)


