Apa yang Tersembunyi Lebih Besar”: Nama dan Wajah Para Pembunuh Hind Rajab Diekspos
Sebuah investigasi besar mengurai pembunuhan terhadap bocah enam tahun Hind Rajab dan membuka perburuan hukum internasional yang semakin luas terhadap para tentara dan perwira Israel yang terlibat
Palestina, FAKTAGLOBAL.COM – Diluncurkan dari jantung kota Brussels, tempat gambar anak Palestina yang terbunuh, Hind Rajab, telah menjadi simbol abadi dari kepolosan yang dikhianati, film dokumenter investigatif “Apa yang Tersembunyi Lebih Besar” memicu rangkaian pengungkapan bersejarah yang menghubungkan kejahatan perang Israel di Gaza dengan tindakan hukum internasional yang mulai bermunculan.
Investigasi yang diproduksi oleh jurnalis Tamer Al-Mashaal menelusuri secara rinci peristiwa seputar pembunuhan Hind Rajab dan keluarganya di Tel al-Hawa, Gaza, pada akhir Januari 2024 — sebuah kasus yang menggemparkan dunia dan menggugah para pembela hak asasi manusia di seluruh dunia.
Panggilan Terakhir Seorang Anak
Dalam rekaman audio yang mengguncang, suara Hind Rajab, bocah enam tahun itu, terdengar berbisik di telepon, “Tanknya ada di sebelahku,” beberapa saat sebelum suaranya terhenti selamanya. Ia bersembunyi di samping jasad ibunya di dalam mobil keluarga yang hancur akibat tembakan tank Israel.
Tim investigasi merekonstruksi lokasi kejadian menggunakan citra satelit, bukti audio, kesaksian saksi, dan pemetaan forensik, bekerja sama dengan Forensic Architecture Lab di Goldsmiths, University of London.
Hasilnya sangat mengerikan: mobil keluarga itu dihantam oleh 335 peluru tank dari jarak hanya 23 meter, membuktikan bahwa serangan tersebut berasal dari satu tank Israel yang dengan sengaja menargetkan warga sipil — bukan tembak-menembak seperti yang diklaim oleh pihak pendudukan.
Kompi “Vampire Empire”: Menyebut Nama Para Pembunuh
Investigasi ini berhasil mengidentifikasi pelaku: Brigade Lapis Baja ke-401 dari tentara Israel, yang saat itu dipimpin oleh Benny Aharon. Di dalam brigade itu, Batalion ke-52 di bawah komando Kolonel Daniel Ella ditemukan bertanggung jawab langsung atas pembantaian tersebut.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah terungkapnya nama kompi yang terlibat, yang menggunakan nama mengerikan “Vampire Empire.”
Kompi itu dipimpin oleh perwira bernama Sean Glass, yang dalam rekaman internal membanggakan diri memimpin pasukannya “tanpa menunggu perintah” dan menyebut mereka sebagai “binatang yang tak pernah mundur.”
Bukti menunjukkan bahwa Glass memerintahkan penembakan langsung ke mobil sipil tersebut, lalu menargetkan ambulans yang mencoba mencapai lokasi Hind.
Temuan ini telah dimasukkan ke dalam berkas hukum komprehensif yang diajukan oleh Hind Rajab Foundation ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag.
Perburuan Hukum terhadap Para Perwira Israel
Diab Abu Jahjah, direktur eksekutif Hind Rajab Foundation, menegaskan bahwa tim hukum kini tengah menuntut Sean Glass, Kolonel Daniel Ella, dan seorang tentara Israel-Argentina bernama Itai Shukerkov, yang berada di dalam tank saat pembunuhan terjadi.
Gugatan resmi telah diajukan, termasuk di Argentina, di mana proses hukum telah dimulai berdasarkan yurisdiksi universal.
Penghancuran Sistematis di Luar Kasus Pembunuhan
Investigasi ini juga mengungkap pola penghancuran sistematis yang dilakukan oleh korps teknik tentara Israel selama perang di Gaza.
Salah satu kasus paling memberatkan adalah tentara bernama Shimon Zuckerman, yang secara pribadi mendokumentasikan pengeboman puluhan rumah di Khuza’a, sebelah timur Khan Younis, antara Desember 2023 dan Januari 2024.
Unggahan media sosial Zuckerman — yang awalnya dimaksudkan untuk membanggakan “prestasinya” — kini menjadi bukti hukum.
Jaksa Jerman telah mengajukan dakwaan terhadapnya atas tuduhan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan, dengan memanfaatkan kewarganegaraan gandanya sebagai dasar yurisdiksi.
Pengacara Jerman, Melanie Schweitzer, yang menangani kasus ini, menggambarkan Zuckerman sebagai “contoh nyata tentara yang berubah menjadi pelaku genosida,” dengan mencatat bahwa video menunjukkan dirinya merayakan penghancuran rumah-rumah warga sipil “seolah-olah sedang berakting dalam film aksi.”
Preseden Hukum Internasional yang Meluas
Investigasi tersebut juga menyingkap kasus seorang anggota korps teknik Israel bernama Adi Karni, yang terekam sedang memasang bahan peledak di bangunan sipil Gaza dan meledakkannya dengan senyum dingin.
Kasus hukum telah diajukan terhadapnya di Brasil dan kemudian di Peru, di mana pihak berwenang membuka penyelidikan resmi — menandai preseden hukum internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap seorang tentara Israel.
Tekanan politik dari Tel Aviv dilaporkan memaksa Karni melarikan diri dari Brasil sebelum penangkapannya, mengungkap jaringan penyelundupan terorganisir yang digunakan Israel untuk mengevakuasi tentara yang dicari dari wilayah asing melalui jet pribadi dan pangkalan militer.
Seorang tentara lainnya, Yuval Fagdani dari Brigade Givati, difoto di antara reruntuhan Gaza sebelum melarikan diri dari Brasil ke Argentina.
Menuju Keadilan Internasional
Hakim Donald Peter Herbert, veteran dari pengadilan Rwanda, menyatakan bahwa investigasi ini merupakan “ujian nyata bagi keadilan global.”
Ia menegaskan bahwa meskipun tekanan geopolitik terus menghalangi pertanggungjawaban, pembukaan kasus-kasus seperti ini menandai awal dari berakhirnya budaya impunitas Israel.
Ia juga menambahkan bahwa koordinasi internasional dan surat perintah Interpol dapat segera membatasi pergerakan para tentara dan perwira Israel yang terlibat dalam kejahatan perang, membuka era baru akuntabilitas internasional.
Kepanikan Israel dan Upaya Membungkam Saksi
Di dalam Israel, analis keamanan Yossi Melman mengakui bahwa perburuan hukum internasional ini telah menjadi “mimpi buruk bagi institusi militer,” dengan Shin Bet dan Mossad kini memperhitungkan risiko tersebut dalam perencanaan perjalanan luar negeri bagi personel militer Israel.
Ia mengonfirmasi bahwa Israel kini berupaya “mencegah atau menghalangi penerbitan surat perintah penangkapan dengan segala cara diplomatik dan hukum.”
Sementara itu, investigasi juga mengungkap upaya untuk mengintimidasi dan menghabisi saksi-saksi yang bekerja sama dengan tim “Apa yang Tersembunyi Lebih Besar.” Karim Hassoun, salah satu pendiri Hind Rajab Foundation, mengonfirmasi bahwa beberapa saksi dalam kasus terkait kemudian terbunuh di Gaza setelah identitas mereka terbuka — sebuah pengingat mengerikan bahwa kebenaran itu sendiri kini menjadi sasaran.
Jalan Menuju Den Haag
Investigasi ini berakhir di balik tembok Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag, tempat berkas-berkas terus menumpuk dan daftar terdakwa perwira Israel bertambah setiap hari. Lebih dari 1.000 kasus telah diajukan, dengan beberapa di antaranya sudah memasuki pengadilan Eropa dan Amerika.
Kisah Hind Rajab — seorang bocah enam tahun yang dibunuh di dalam mobilnya — kini telah memicu pertempuran hukum global untuk keadilan, menjadikan namanya simbol perlawanan, kepolosan, dan perjuangan menuju kebenaran. (FG)


