AS Luncurkan Operasi “Tombak Selatan” di Tengah Dorongan Intervensi ke Venezuela
Washington meningkatkan operasi militer di Amerika Latin sementara Presiden Donald Trump meninjau opsi serangan terhadap Venezuela dan memperluas kampanye “perang melawan narkoba”.
Amerika Serikat, FAKTAGLOBAL.COM – Amerika Serikat telah meluncurkan kampanye militer baru di Amerika Latin yang diberi nama “Operation Southern Spear (Operasi “Tombak Selatan)”, dengan dalih perang melawan narkoba era pemerintahan Presiden Donald Trump — sebuah kampanye yang sejauh ini menghasilkan operasi mematikan dan memicu ketegangan yang meningkat bersamaan dengan proses militerisasi kawasan.
Menteri Perang AS, Pete Hegseth, mengungkapkan bahwa atas arahan Presiden Donald Trump, Pentagon memulai operasi tersebut dengan klaim untuk:“mengamankan Tanah Air dari narkoba yang membunuh rakyat kita.”
Komando Selatan AS sebelumnya telah memperkenalkan konsep Operation Southern Spear pada Januari, termasuk penggunaan teknologi militer canggih seperti kapal permukaan robotik jarak jauh, kapal pencegat robotik kecil, serta unit udara robotik VTOL untuk mendukung operasi kontra-narkotika.
Trump Meninjau Opsi Militer untuk Venezuela
Peluncuran operasi ini terjadi di saat Presiden Trump menerima pemaparan awal pekan ini mengenai berbagai opsi militer terhadap Venezuela, menurut empat sumber yang mengetahui pertemuan tersebut.
CNN melaporkan bahwa meskipun Trump belum membuat keputusan akhir, ia sedang mengevaluasi konsekuensi dari kemungkinan kampanye yang lebih luas yang menargetkan Presiden Venezuela Nicolás Maduro dan pemerintahannya.
Pertemuan tersebut mencakup serangkaian usulan militer terbaru, meskipun seorang sumber yang dekat dengan pembahasan menegaskan bahwa Trump belum semakin dekat pada keputusan. Sumber lain menyebutkan opsi-opsi tersebut sebagian besar mencerminkan rencana yang telah dipertimbangkan Pentagon dan juga pernah dilaporkan oleh publik sebelumnya.
Washington dan Dalih “Perang Melawan Narkoba”
Dalam beberapa bulan terakhir, Amerika Serikat meningkatkan kehadiran angkatan laut, udara, dan daratnya di kawasan Karibia, mengklaim bahwa langkah itu bertujuan memperkuat “kapabilitas kontra-narkotika dan kontra-terorisme.”
Penguatan ini menjadi salah satu pengerahan terbesar ke wilayah perairan SOUTHCOM dalam beberapa tahun.
Peningkatan operasi tersebut bertepatan dengan serangkaian serangan yang disetujui Presiden Trump sejak awal September. Pasukan AS telah menargetkan kapal-kapal yang digambarkan Washington sebagai “kapal penyelundup narkoba” di Laut Karibia dan Pasifik Timur.
Menurut taklimat pertahanan AS, hingga 10 November operasi-operasi ini telah menghancurkan sekitar 20 kapal dan menewaskan sedikitnya 75 orang.
Militer AS Diberi Perlindungan Hukum
Mengabaikan kekhawatiran mengenai legalitas tindakan Gedung Putih, Kantor Penasihat Hukum Departemen Kehakiman AS (OLC) mengeluarkan opini rahasia pada Juli yang menurut laporan The Washington Post menyatakan bahwa personel militer Amerika yang melakukan serangan terhadap kapal di Karibia tidak akan menghadapi penuntutan di masa depan.
Opini hukum tersebut diminta setelah sejumlah penasihat pemerintah menyuarakan kekhawatiran atas legalitas operasi.
Laksamana Alvin Holsey, mantan kepala Komando Selatan AS, bersama sejumlah pejabat tinggi lainnya, dilaporkan mendesak kehati-hatian dan memperingatkan potensi dampak hukum serta politik.
Menurut sumber yang dikutip The Washington Post, Holsey bersikeras bahwa setiap proposal serangan harus menjalani peninjauan ketat sebelum mencapai meja Presiden Trump. Holsey kemudian mengundurkan diri secara tiba-tiba pada Oktober, setahun setelah ia menjabat — sebuah keputusan yang dikaitkan dengan keberatannya terhadap operasi ini.
Ketegangan Regional Meningkat
Dengan dimulainya Operation Southern Spear, kawasan Amerika Latin menghadapi peningkatan ketegangan akibat manuver militer AS yang terus berkembang. Sementara Washington mengklaim operasi tersebut ditujukan untuk memerangi narkoba, semakin banyak analis menilai langkah itu sebagai upaya memperluas tekanan dan kemungkinan intervensi langsung terhadap Venezuela.
Lanskap keamanan kawasan pun semakin tidak menentu, tepat saat pemerintahan Trump mempertimbangkan langkah-langkah yang dapat membuka babak baru konfrontasi Amerika Serikat dengan pemerintahan Nicolás Maduro. (FG)


