AS Tekan Dewan Keamanan PBB untuk Terapkan Kontrol Asing atas Gaza
Resolusi dukungan AS ini akan menerapkan pengawasan asing, pelucutan senjata, dan pemerintahan transisi, sedang rakyat Palestina menolak perwalian asing dan menegaskan dukungan pada Perlawanan
Palestina, FAKTAGLOBAL.COM — Amerika Serikat mendorong sebuah resolusi kontroversial di Dewan Keamanan PBB pada Senin yang bertujuan menempatkan Jalur Gaza di bawah kontrol asing langsung melalui pembentukan International Stabilisation Force (ISF).
Langkah ini, yang disetujui dengan 13 suara dan dengan Rusia serta China memilih abstain, dipandang luas oleh rakyat Palestina sebagai upaya untuk membentuk ulang tata kelola Gaza sesuai dengan prioritas strategis Washington dan kepentingan Israel.
Resolusi yang didukung AS tersebut memberikan mandat kepada pasukan asing sementara untuk beroperasi selama dua tahun awal, dengan kemungkinan diperpanjang.
Pasukan ini akan diberi kewenangan luas: mengamankan perbatasan, mengawasi rekonstruksi, melindungi koridor kemanusiaan, dan melatih pasukan polisi Palestina yang baru. Yang paling menonjol, pasukan ini diberi wewenang untuk mengambil “segala tindakan yang diperlukan,” termasuk membongkar kelompok bersenjata dan menyita senjata yang dianggap sebagai “tidak sah.”
Resolusi tersebut juga membentuk struktur administrasi transisi — yang disebut Board of Peace — yang akan bekerja bersama ISF dalam pemerintahan Gaza. Lembaga keuangan internasional, termasuk Bank Dunia, ditugaskan mendanai dan memantau rekonstruksi melalui dana perwalian khusus, semakin memperluas kontrol asing atas urusan internal Gaza.
Kelompok-kelompok Palestina mengecam langkah ini, menegaskan bahwa hal itu merupakan bentuk perwalian asing yang disamarkan sebagai “stabilisasi,” merusak kedaulatan Palestina dan menyingkirkan lembaga-lembaga pemerintahan Gaza yang sudah ada.
Hamas dan faksi-faksi Perlawanan lainnya menegaskan bahwa pengaturan eksternal seperti ini bertentangan dengan kehendak rakyat Palestina dan bertujuan melemahkan Perlawanan demi kepentingan Israel.
Meningkatnya Dukungan Rakyat untuk Hamas Melemahkan Strategi AS
Di saat Washington berupaya memaksakan pengawasan asing, strategi AS di Gaza justru runtuh di lapangan. Laporan Wall Street Journal menegaskan bahwa Hamas mengalami lonjakan dukungan rakyat yang signifikan di seluruh Gaza setelah gencatan senjata terbaru — perkembangan yang menjadi hambatan besar bagi agenda Presiden Donald Trump yang berfokus pada pelucutan senjata.
Setelah pasukan pendudukan Israel mundur dari beberapa bagian wilayah, para pejuang Hamas dengan cepat kembali berperan sebagai pasukan keamanan internal dan kepolisian.
Penempatan cepat mereka memulihkan ketertiban, menekan tindakan kriminal, dan mengembalikan kepercayaan publik — terutama setelah berbulan-bulan di mana serangan Israel menargetkan pegawai sipil dan menciptakan kekacauan melalui penyebaran dan persenjataan geng-geng lokal.
Bagi banyak warga Gaza, kembalinya keamanan Perlawanan menandai pemulihan stabilitas yang tidak dapat — dan tidak bersedia — disediakan oleh Israel maupun kekuatan asing mana pun.
“Hanya Hamas yang Bisa Menghentikan Kekacauan”
Penduduk di seluruh Jalur Gaza memberi kredit kepada Perlawanan atas keberhasilan mencegah keruntuhan sosial total. Di Gaza City, Hazem Sarour, seorang pengusaha berusia 22 tahun, menggambarkan situasi sebelum Hamas kembali mengambil alih keamanan:
“Kami menyaksikan kehancuran — pencuri, preman, dan kekacauan. Tidak ada yang bisa menghentikannya kecuali Hamas. Karena itu orang-orang mendukung mereka.”
Pernyataan semacam ini mencerminkan keyakinan luas bahwa keamanan Gaza harus tetap berada di tangan rakyatnya sendiri, bukan di tangan kekuatan asing yang sejalan dengan agenda regional Washington.
Bagi banyak warga Palestina, rencana DK PBB yang didorong AS tidak dipandang sebagai proyek stabilisasi, tetapi sebagai upaya langsung untuk memberlakukan kendali asing, melemahkan Perlawanan, dan membentuk masa depan Gaza tanpa persetujuan rakyatnya. (FG)


