Brigade Al-Quds Serang Israel di Tengah Akhir Pekan Paling Berdarah Gaza
Serangan dua roket menegaskan keberlanjutan perlawanan Palestina di tengah lonjakan korban jiwa dan mandeknya pembicaraan gencatan senjata.
Palestina, FAKTABERITAGLOBAL - Brigade Al-Quds, sayap bersenjata Gerakan Jihad Islam Palestina, mengumumkan bahwa para pejuangnya menargetkan permukiman Israel di Netivot dengan dua roket, menyebut operasi tersebut sebagai bagian dari respons berkelanjutan terhadap kejahatan rezim Israel terhadap rakyat Palestina.
Militer Israel mengakui bahwa dua roket diluncurkan dari Jalur Gaza menuju Netivot, mengklaim satu berhasil dicegat sementara satu lainnya jatuh di area terbuka.
Media Israel melaporkan sirene peringatan berbunyi di seluruh wilayah yang disebut “sabuk Gaza” hingga ke barat al-Naqab.
Operasi ini merupakan yang terbaru dalam rangkaian serangan perlawanan yang menentang janji berulang Israel untuk menghancurkan kelompok bersenjata Palestina.
Serangan ini menunjukkan kemampuan operasional faksi perlawanan yang tetap bertahan meski kampanye militer Israel telah berlangsung lama.
Akhir Pekan Paling Berdarah di Gaza
Serangan ke Netivot terjadi saat Gaza mengalami salah satu akhir pekan paling berdarah dalam beberapa pekan terakhir.
Sedikitnya 75 warga Palestina gugur hanya dalam 48 jam: 62 pada Sabtu, termasuk 15 yang tengah menunggu bantuan kemanusiaan, dan 13 pada Minggu, di antaranya delapan warga sipil yang berlindung di Sekolah al-Farabi serta dua anak di tenda pengungsian di Gaza City.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban jiwa akibat perang yang sedang berlangsung kini telah melampaui 64.000 syahid dan 162.000 luka-luka sejak Oktober 2023, dengan lebih dari 20.000 anak terbunuh.
Organisasi kemanusiaan memperingatkan bahwa skala korban sipil, ditambah dengan blokade dan pemboman tanpa henti, setara dengan kejahatan kekejaman. Save the Children melaporkan bahwa rata-rata satu anak Palestina tewas setiap jam selama hampir 23 bulan perang.
Usulan Gencatan Senjata, Eskalasi, dan Keprihatinan Internasional
Serangan ke Netivot terjadi tidak lama setelah Hamas pada 6 September menegaskan kembali komitmennya terhadap proposal gencatan senjata terbaru.
Rencana tersebut mencakup gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan pendudukan dari Gaza, akses bebas hambatan untuk bantuan kemanusiaan, dan pertukaran tahanan yang adil.
Faksi-faksi Palestina telah menyatakan keterbukaan untuk melakukan negosiasi serius melalui mediator.
Namun, pemerintah Israel justru merespons dengan eskalasi militer berkelanjutan, di mana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersikeras untuk menduduki Gaza City. Pendekatan ini semakin memperburuk krisis kemanusiaan, karena Gaza menghadapi pengepungan, kelaparan, dan serangan udara tanpa henti.
Pakar hukum internasional menekankan bahwa bahkan risiko genosida yang masuk akal sudah cukup untuk mewajibkan negara-negara bertindak.
Mahkamah Internasional saat ini sedang meninjau apakah tindakan Israel di Gaza merupakan genosida. Sementara itu, keberlanjutan perlawanan Palestina — termasuk serangan seperti di Netivot — menunjukkan bahwa Israel gagal mencapai tujuan perang yang dicanangkannya dan masih menghadapi oposisi bersenjata yang gigih. (FBG)