Disanksi AS, Presiden Kolombia Balik Tantang Washington
Presiden Kolombia mengecam keputusan AS, berjanji akan menempuh jalur hukum untuk membela namanya.
Kolombia, FAKTAGLOBAL.COM — Presiden Kolombia Gustavo Petro memberikan tanggapan tegas setelah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap dirinya, istrinya Veronica Alcocer, putranya Nicolas Petro, dan Menteri Dalam Negeri Armando Benedetti.
Sanksi AS Menargetkan Kepemimpinan Kolombia
Kantor Pengendalian Aset Asing (OFAC) Departemen Keuangan AS mengumumkan pada Senin bahwa keempat pejabat Kolombia tersebut telah dimasukkan ke dalam Daftar Warga Negara yang Ditunjuk Secara Khusus (SDN List).
Langkah ini secara efektif membekukan aset apa pun yang mereka miliki di bawah yurisdiksi AS dan melarang individu atau entitas Amerika untuk melakukan transaksi keuangan dengan mereka.
Menurut pemberitahuan publik OFAC, tindakan ini dilakukan di bawah penetapan kontra-narkotika Washington, meskipun tidak ada bukti rinci yang disertakan dalam pengumuman tersebut.
Petro Konfirmasi Sanksi dan Umumkan Pembelaan Hukum
Dalam sebuah unggahan di X (sebelumnya Twitter), Presiden Petro mengonfirmasi bahwa sanksi tersebut telah diberlakukan, dengan menyatakan:
“Memang benar, ancaman Bernie Moreno telah dijalankan; istri saya, anak-anak saya, dan saya telah dimasukkan ke dalam daftar OFAC.”
Petro menambahkan bahwa perwakilan hukumnya di Amerika Serikat akan dipimpin oleh Dan Kovalik, seorang pengacara asal AS.
“Memerangi perdagangan narkotika selama beberapa dekade — dan dengan hasil yang efektif — justru membawa saya pada tindakan seperti ini dari pemerintah sebuah masyarakat yang begitu banyak kami bantu untuk menghentikan konsumsi kokain mereka,” ujarnya.
“Kami Tidak Akan Mundur atau Berlutut”
Menyebut sanksi tersebut sebagai sebuah paradoks, Petro menggambarkannya sebagai hukuman atas perjuangan panjang pemerintahannya melawan narkotika. Ia menegaskan bahwa Kolombia akan tetap teguh dalam mempertahankan kedaulatan dan integritasnya.
“Kami tidak akan mundur satu langkah pun, dan kami tidak akan pernah berlutut,” tegas Petro.
Presiden itu juga mengatakan bahwa ia akan mengambil tindakan hukum di Amerika Serikat untuk membela diri dari apa yang ia sebut sebagai fitnah yang dilakukan oleh pejabat tinggi AS.
Terlepas dari perselisihan tersebut, Petro menegaskan kembali komitmen Kolombia terhadap kerja sama regional dalam memerangi perdagangan narkotika:
“Ketika komunitas Amerika meminta bantuan kami di bidang ini, mereka akan mendapatkannya.”
Ketegangan yang Meningkat dengan Washington
Sanksi ini muncul di tengah pertukaran tajam antara kedua pemerintahan. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump menyebut Petro sebagai “pemimpin narkoba ilegal” di Truth Social dan mengumumkan penangguhan seluruh bantuan AS untuk Kolombia.
Pejabat Kolombia mengecam pernyataan tersebut dan memperingatkan bahwa tindakan seperti itu berisiko memperburuk ketegangan diplomatik antara Bogotá dan Washington.
Ini menandai salah satu konfrontasi paling serius antara kedua negara dalam beberapa tahun terakhir, menyusul kritik berulang Petro terhadap kebijakan narkotika AS dan seruannya untuk kemandirian regional dalam mengelola operasi anti-narkotika. (FG)



