Fayyad: Tak Ada Perundingan Langsung dengan Israel, Perlawanan Tak Akan Pernah Normalisasi
Lebanon menolak adanya saluran perundingan langsung dengan ‘Israel’. Hizbullah dan sekutunya akan menentang keras jalur tersebut
Lebanon, FAKTAGLOBAL.COM – Perdebatan internal Lebanon terkait kemungkinan keterlibatan dengan pendudukan Israel semakin mendalam pekan ini, ketika para tokoh politik utama menyampaikan pandangan yang sangat kontras terkait arah yang harus diambil.
Anggota Parlemen Ali Fayyad, tokoh senior dari Blok Loyalitas kepada Perlawanan (aliansi Hizbullah ), dengan tegas menolak segala bentuk perundingan langsung dengan entitas Zionis, menegaskan bahwa Lebanon tidak akan pernah menempuh jalur normalisasi meskipun berada di bawah tekanan regional dan internasional.
Dalam pernyataannya kepada Al Mayadeen, Fayyad menekankan bahwa Lebanon hanya berkomitmen pada jalur tidak langsung, melalui mekanisme militer dan negara, sebagaimana yang diterapkan dalam perundingan demarkasi perbatasan maritim.
“Lebanon menolak adanya saluran perundingan langsung dengan ‘Israel’. Hizbullah dan sekutunya akan menentang keras jalur tersebut,” tegasnya, memperingatkan bahwa setiap upaya untuk melewati prinsip ini akan ditolak secara mutlak.
Fayyad juga memperingatkan ancaman eskalasi oleh pendudukan Israel, menekankan bahwa Israel bisa memicu konfrontasi kapan saja. Ia menegaskan hak sah Lebanon untuk membela diri dari agresi, terutama menghadapi pelanggaran dan ancaman berkelanjutan yang didukung Washington.
Rekonstruksi dan Peran Perlawanan dalam Masyarakat
Mengenai rekonstruksi pascaperang, Fayyad mengungkapkan bahwa anggaran yang dibutuhkan untuk pemulihan penuh wilayah selatan Lebanon mencapai 6 miliar dolar, menolak estimasi sebelumnya sebesar 14 miliar dolar sebagai berlebihan.
Terkait posisi Hizbullah dalam masyarakat Lebanon, Fayyad menyatakan:
“Sebagian orang lupa bahwa Hizbullah adalah gerakan paling populer di Lebanon. Ini bukan partai tradisional, sebagaimana terlihat dalam pemakaman Sayyed Hassan Nasrallah dan upacara Kepanduan.”
Pernyataan ini menjadi bantahan langsung terhadap narasi Barat dan Amerika yang berusaha menggambarkan Perlawanan sebagai pihak yang terisolasi atau tidak memiliki legitimasi rakyat.
Aoun Isyaratkan Keterbukaan terhadap Kerangka Negosiasi
Sebaliknya, Presiden Lebanon Joseph Aoun menunjukkan keterbukaan terhadap kemungkinan keterlibatan kembali dalam jalur perundingan tidak langsung dengan Israel, dengan menyatakan bahwa “tidak ada alternatif selain negosiasi” di tengah iklim regional yang dibentuk oleh kerangka gencatan senjata Gaza yang diprakarsai Donald Trump.
Berbicara kepada delegasi Asosiasi Media Ekonomi, Aoun mengingatkan bahwa Lebanon sebelumnya telah melakukan perundingan tidak langsung dengan Israel di bawah naungan AS dan PBB, yang menghasilkan kesepakatan perbatasan maritim.
“Apa yang menghalangi kita mengulangi proses yang sama untuk menyelesaikan isu lain?” tanyanya, seraya menekankan bahwa perang tidak mencapai hasil, dan bahkan Israel akhirnya berunding dengan Hamas setelah kehabisan opsi militer.
Aoun menegaskan bahwa format dan waktu perundingan akan ditentukan berdasarkan kepentingan nasional, merujuk pada dorongan internasional menuju “penyelesaian” yang sejalan dengan desain strategis AS di kawasan.
Polarisasi Politik di Bawah Tekanan AS
Perbedaan posisi ini mencerminkan meningkatnya ketegangan politik di Lebanon, saat kekuatan Barat dan Amerika berusaha memaksa negara tersebut masuk ke dalam jalur negosiasi yang menguntungkan Israel.
Blok Perlawanan, yang dipimpin Hizbullah, menegaskan bahwa segala bentuk perundingan langsung atau normalisasi adalah garis merah strategis, berakar pada kedaulatan nasional dan pengorbanan puluhan tahun perlawanan.
Seiring berjalannya kerangka gencatan senjata Gaza—yang direkayasa Washington dan didorong oleh Presiden Donald Trump—Lebanon sekali lagi berada di persimpangan antara tekanan eksternal dan keteguhan internal.
Untuk saat ini, pesan Perlawanan tetap jelas: tidak ada perundingan langsung, tidak ada normalisasi, dan kesiapan penuh menghadapi setiap provokasi Israel. (FG)