Hamdan: Pengakuan Negara Palestina Langkah Benar, Tapi Tidak Cukup
Pejabat senior Hamas mengatakan pengakuan internasional mencerminkan buah dari perlawanan, tetapi mendesak tindakan nyata untuk menghentikan agresi Israel dan melindungi warga sipil.
Palestina, FAKTABERITAGLOBAL.COM — Dalam wawancara televisi dengan Al Mayadeen pada Hari Selasa, pejabat senior Hamas Osama Hamdan menyambut baik pengakuan internasional terbaru terhadap negara Palestina.
Ia menggambarkannya sebagai “langkah ke arah yang benar” dan hasil politik dari perlawanan Palestina sejak dimulainya Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Namun, Hamdan menekankan bahwa pengakuan saja tidaklah cukup. Ia menyerukan langkah nyata untuk menghentikan pembunuhan di Gaza, memastikan bantuan sampai kepada warga sipil, dan memberlakukan sanksi terhadap pendudukan Israel alih-alih memberlakukan dikte kepada rakyat Palestina.
Pengakuan Harus Dibuktikan dengan Tindakan
Hamdan menegaskan bahwa dukungan nyata terhadap Palestina tidak bisa direduksi hanya menjadi pengakuan simbolis atau kompromi yang dipaksakan dari luar.
“Apa yang penting sekarang adalah langkah praktis yang dimulai dengan mengakhiri agresi terhadap Gaza,” katanya. “Para pemain internasional harus mengarahkan tekanan mereka pada pendudukan daripada mendikte pilihan rakyat Palestina.”
Ia memperingatkan bahwa beberapa pemerintah berusaha menghindari tanggung jawab untuk menjatuhkan sanksi kepada “Israel” dengan membatasi diri pada tindakan pengakuan simbolis.
Tidak Ada Pesan kepada Trump Setelah Serangan Qatar
Menanggapi serangan Israel baru-baru ini di Qatar — sebuah upaya pembunuhan terhadap pimpinan Hamas — Hamdan menegaskan bahwa gerakan tersebut tidak mengirim pesan kepada Presiden AS Donald Trump atau pemimpin lainnya setelah insiden itu.
Ia menggambarkan serangan tersebut sebagai bukti bahwa pendudukan Israel “tidak mengenal batas atau kedaulatan,” seraya menambahkan bahwa hal itu memperkuat keyakinan Hamas bahwa Tel Aviv siap melanggar kedaulatan regional.
Hamdan juga menolak proposal baru Israel dan pembicaraan tidak langsung sebagai taktik untuk menutupi kekerasan yang sedang berlangsung di Gaza.
Ia menegaskan bahwa “Israel” tidak tertarik pada gencatan senjata yang nyata, melainkan berusaha membeli waktu untuk keuntungan politik yang gagal mereka capai setelah dua tahun perang.
Perlawanan Tidak Akan Menyerah
Hamdan menolak setiap anggapan bahwa Hamas akan memberikan konsesi di bawah tekanan.
Ia memperingatkan terhadap upaya menggambarkan Perlawanan sebagai pihak yang melemah, menekankan bahwa narasi seperti itu keliru dan mengabaikan ketahanan para pejuang Palestina serta dukungan luas dari rakyat.
Solidaritas dan Koordinasi dengan Perlawanan Lebanon
Pejabat Hamas itu menekankan koordinasi yang erat antara Perlawanan Palestina dan Perlawanan Lebanon, khususnya Hezbollah.
Ia memuji mendiang Sekretaris Jenderal Hezbollah Sayyed Hassan Nasrallah, menggambarkannya sebagai seorang syahid yang warisannya terus memperkuat Poros Perlawanan.
Hamdan mengatakan koordinasi ini berfokus pada tiga isu sentral: menentang pendudukan Israel, menjaga persatuan Arab, dan memastikan Palestina tetap menjadi pusat strategis kawasan.
Ia mengisyaratkan adanya “pencapaian yang belum diungkapkan kepada publik,” seraya menambahkan bahwa waktunya akan tiba untuk mengumumkannya.
Mesir dan Dinamika Regional
Mengenai peran Mesir, Hamdan memuji Kairo karena menolak setiap rencana pemindahan massal dari Gaza. Ia berpendapat bahwa permusuhan Israel terhadap Mesir berakar pada penolakan Kairo terhadap pemindahan paksa.
“Ancaman tidak lagi terbatas pada pengusiran orang-orang Palestina; tujuannya adalah memaksakan kehendaknya pada negara-negara tetangga,” ujar Hamdan, seraya mendesak para aktor regional untuk menanggapi ancaman Israel dengan serius.
(FBG)
📌 Sumber: Al Mayadeen