Imam Khamenei: Perundingan dengan AS Jalan Buntu, Kekuatan Kunci Kemajuan Iran
Pemimpin Revolusi menyoroti pencapaian nasional, sifat damai program nuklir Iran, jalan buntu perundingan dengan Amerika Serikat, dan persatuan abadi rakyat Iran.
Iran, FAKTABERITAGLOBAL.COM — Pada Selasa malam, 23 September 2025, Imam Khamenei, Pemimpin Revolusi Islam, menyampaikan pidato komprehensif kepada bangsa Iran dalam rangka pembukaan Pekan Pertahanan Suci, yang menandai 45 tahun perang yang dipaksakan Irak terhadap Iran sekaligus awal dari perlawanan bangsa Iran.
Dalam pidato luas tersebut, Pemimpin menekankan pencapaian nasional, sifat damai program nuklir Iran, kebuntuan perundingan dengan Amerika Serikat, serta persatuan abadi rakyat Iran.
Pidato itu juga bertepatan dengan peringatan kesyahidan Sayyid Hassan Nasrallah, yang beliau puji sebagai harta abadi bagi dunia Islam.
Pengayaan Uranium: Sebuah Prestasi Nasional
Dalam pernyataannya, Imam Khamenei menyoroti berbagai aplikasi uranium yang diperkaya dalam bidang pertanian, industri, perlindungan lingkungan, kesehatan, gizi, penelitian, dan pendidikan.
Beliau mengingat kembali asal mula industri nuklir Iran, menekankan tekad para manajer, pejabat, dan ilmuwan selama lebih dari tiga dekade untuk mencapai kemampuan pengayaan mandiri meski menghadapi penentangan dari luar.
“Sepuluh negara di dunia mampu melakukan pengayaan uranium, dan salah satunya adalah Iran Islam,” tegas Pemimpin.
“Sembilan negara lainnya memiliki bom nuklir. Kita adalah satu-satunya yang tidak memiliki bom nuklir, dan kita tidak akan memilikinya. Kita tidak berniat menggunakan senjata nuklir, tetapi kita memiliki pengayaan.”
Iran telah berhasil mencapai tingkat pengayaan 60%, menempatkan negara ini di antara negara-negara maju dalam bidang nuklir. Imam Khamenei menekankan bahwa pencapaian ini diraih dengan pengorbanan besar dan tidak boleh disia-siakan di bawah tekanan asing.
Menolak Tuntutan dan Pemaksaan AS
Menanggapi tuntutan AS, Imam Khamenei menegaskan bahwa desakan Washington untuk menghentikan pengayaan sama saja dengan upaya merampas kedaulatan Iran.
“Pencapaian besar ini — yang dicapai bangsa kita dengan kerja keras, biaya besar, dan melewati berbagai kesulitan — seharusnya dibuang begitu saja! Jelas, bangsa yang memiliki rasa kehormatan, seperti bangsa Iran, akan menampar siapa pun yang mengusulkan hal seperti itu dan menolaknya,” ujarnya.
Pemimpin Revolusi menegaskan bahwa Amerika Serikat terus-menerus berbohong, mengingkari janji, melontarkan ancaman militer, dan bahkan melakukan pembunuhan, termasuk terhadap syahid Jenderal Qassem Soleimani. Dalam konteks ini, beliau menegaskan:
“Perundingan dengan AS terkait isu nuklir, dan mungkin juga hal-hal lain, adalah jalan buntu.”
Pelajaran dari Pengalaman JCPOA
Imam Khamenei menyebut kesepakatan nuklir 2015, Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), sebagai bukti kedustaan Washington.
Beliau mengingatkan bangsa bahwa meskipun Iran mematuhi pembatasan ketat dan mengekspor bahan nuklir yang diperkaya, AS gagal mencabut sanksi atau menormalkan berkas nuklir Iran. Sebaliknya, tekanan justru meningkat di Dewan Keamanan dan IAEA.
Pemimpin Revolusi menyimpulkan bahwa menerima perundingan baru di bawah ancaman hanya akan menandakan kelemahan dan mendorong lebih banyak pemaksaan.
“Tidak ada bangsa yang bermartabat akan menerima perundingan di bawah ancaman, dan tidak ada pembuat kebijakan yang bijak akan menyetujuinya,” tegasnya.
Jalan untuk Maju: Kekuatan di Semua Bidang
Imam Khamenei menegaskan bahwa satu-satunya jalan bagi Iran untuk maju adalah dengan memperkuat seluruh dimensi kekuatan nasional.
“Kekuatan militer diperlukan, kekuatan ilmiah diperlukan, kekuatan pemerintahan dan organisasi juga diperlukan. Jika kita mencapai kekuatan, pihak AS bahkan tidak akan lagi mengeluarkan ancaman,” tegasnya.
Persatuan Nasional dan Kegagalan Musuh
Pemimpin memuji persatuan dan kohesi bangsa Iran sebagai faktor paling menentukan dalam menggagalkan plot musuh, baik selama perang yang dipaksakan maupun dalam menghadapi serangan terhadap komandan-komandan kunci baru-baru ini.
Beliau menegaskan bahwa respons cepat, ketahanan Angkatan Bersenjata, dan keteguhan rakyat membuat konspirasi asing gagal menggoyahkan Republik Islam.
Imam Khamenei juga menunjuk pada demonstrasi besar Juni 2025 sebagai bukti nyata persatuan bangsa. “Persatuan yang sama, yang memenuhi jalan-jalan dengan slogan melawan rezim Zionis dan Amerika kriminal, masih ada dan akan terus ada,” katanya.
Menghormati Sayyid Hassan Nasrallah
Menutup pidatonya, Imam Khamenei mengenang Sayyid Hassan Nasrallah pada peringatan kesyahidannya.
“Beliau adalah harta yang sangat besar, bukan hanya bagi Lebanon atau Syiah, tetapi bagi seluruh dunia Islam. Meskipun beliau telah tiada, harta yang beliau tinggalkan tetap ada. Hizbullah tidak boleh diremehkan. Itu adalah harta bagi Lebanon dan juga bagi seluruh dunia,” tegas Pemimpin.
(FBG)
Sumber: Khamenei.ir