Iran Pastikan Pertukaran Tahanan dengan Prancis Akan Segera Terjadi
Pertukaran yang melibatkan Kohler, Paris, dan Esfandiari diperkirakan selesai dalam dua bulan, saat Iran menegaskan kedaulatan hukumnya dan menantang tekanan Barat
Iran, FAKTAGLOBAL.COM — Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengonfirmasi bahwa pembicaraan panjang mengenai pertukaran tahanan antara Iran dan Prancis kini memasuki tahap akhir, menandai perkembangan diplomatik signifikan di tengah hubungan bilateral yang tegang.
Pertukaran ini melibatkan dua warga Prancis — Cécile Kohler dan Jacques Paris — serta warga Iran Mahdieh Esfandiari, yang saat ini menghadapi tuntutan hukum di Prancis.
Araghchi menyampaikan pengumuman tersebut dalam wawancara dengan France 24, setelah pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot di Paris. Ia menyatakan bahwa kesepakatan tersebut dapat difinalisasi dalam dua bulan ke depan.
Warga Prancis Menunggu Keberangkatan Setelah Dibebaskan
Kohler dan Paris, yang ditangkap pada Mei 2022 atas tuduhan bertindak melawan keamanan nasional Iran, telah dibebaskan dari Penjara Evin awal bulan ini.
Namun keduanya masih berada di Kedutaan Besar Prancis di Teheran, menunggu proses hukum diselesaikan sebelum mereka dapat meninggalkan negara tersebut.
“Sudah ada kesepakatan… kami menunggu seluruh proses hukum dan yudisial yang harus diselesaikan di kedua negara,” ujar Araghchi.
Ia menegaskan bahwa hukum Iran memungkinkan pertukaran tahanan asing jika menyangkut kepentingan keamanan nasional, dengan keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi.
Kasus Esfandiari: Iran Menolak Tuduhan Bermotif Politik dari Barat
Di sisi Prancis, warga Iran Mahdieh Esfandiari ditangkap pada Februari 2025 dengan tuduhan yang oleh Teheran dianggap bermotif politik, yakni “mempromosikan terorisme” di media sosial — tuduhan yang secara luas dilihat sebagai bagian dari tekanan politik Paris terhadap warga Iran.
Esfandiari dijadwalkan menjalani persidangan pada 13 Januari, namun saat ini bebas dengan jaminan dan tinggal di Kedutaan Besar Iran di Paris setelah otoritas Prancis terpaksa melonggarkan penahanannya.
Meskipun proses hukum masih berjalan, Prancis menolak mengonfirmasi rencana pertukaran, meskipun kedua negara mengakui adanya kemajuan setelah putaran pembicaraan pada Oktober.
Iran Menangkap Berdasar Bukti Nyata, Bukan Seperti Narasi Barat
Iran berulang kali menegaskan bahwa penangkapan Kohler dan Paris didasarkan pada bukti nyata bahwa keduanya terlibat dalam aktivitas intelijen rahasia, termasuk keterkaitan dengan dinas intelijen Prancis dan kerja sama dengan “Israel”.
Teheran menyatakan bahwa kedua individu tersebut berupaya merusak stabilitas internal Iran — tuduhan yang dibantah Prancis, namun dikuatkan oleh pengadilan Iran setelah penyelidikan mendalam.
Penahanan mereka kemudian menjadi alat politik bagi Prancis, sementara Iran dengan tegas menegaskan independensi lembaga peradilannya dan menolak campur tangan asing.
Menuju Penyelesaian Diplomatik Setelah Bertahun-tahun Ketegangan
Hubungan Iran–Prancis memburuk dalam beberapa tahun terakhir akibat dukungan terbuka Paris terhadap berbagai tekanan Barat, termasuk sanksi dan operasi intelijen yang menargetkan Iran.
Pertukaran tahanan ini, setelah selesai, akan menjadi salah satu momen langka kerja sama konstruktif, dipicu oleh ketegasan Iran dalam menjaga resiprositas hukum, kedaulatan nasional, dan perlindungan warganya di luar negeri.
Araghchi menegaskan bahwa proses saat ini bersifat teknis dan hukum semata.
“Kami berharap pertukaran ini selesai dalam dua bulan,” ujarnya.
Untuk saat ini, perhatian tertuju pada Paris dan Teheran, saat kedua pihak bergerak menuju kesepakatan yang didorong oleh realitas keamanan — dan oleh keteguhan Iran untuk tidak tunduk pada manipulasi politik Barat dalam kasus-kasus hukum. (FG)


