Israel Gunakan Bom Cluster Terlarang Jenis Baru di Lebanon Selatan
Enam pakar senjata mengonfirmasi bahwa militer Israel menggunakan bom cluster terbaru Barak Eitan dan Ra’am Eitan, memperburuk kekhawatiran kemanusiaan karena banyaknya submunisi yang tidak meledak
Palestina, FAKTAGLOBAL.COM – The Guardian mengonfirmasi, melalui analisis enam pakar senjata independen, bahwa “Israel” telah menggunakan dua jenis bom cluster terbaru dalam serangan terbarunya di Lebanon Selatan.
Gambar-gambar yang diverifikasi dari Wadi Zibqeen, Wadi Burghuz, dan Wadi Deir Siryan menunjukkan sisa-sisa munisi dari meriam 155mm M999 Barak Eitan dan roket berpemandu 227mm Ra’am Eitan—menandai penggunaan bom cluster pertama oleh “Israel” sejak perang Juli 2006.
Temuan ini juga menjadi bukti pertama penggunaan dua model terbaru tersebut, keduanya diproduksi oleh Elbit Systems.
Perjanjian Global Melarang Bom Cluster, Namun ‘Israel’ Menolak Patuh
Sebanyak 124 negara telah bergabung dengan Konvensi Bom Cluster, yang melarang penggunaan, produksi, dan transfer senjata ini karena sifatnya yang tidak pandang bulu dan dampak jangka panjangnya terhadap warga sipil.
“Israel” bukan pihak dalam perjanjian tersebut.
Tamar Gabelnick, Direktur Cluster Munition Coalition, menegaskan bahwa bom cluster bertentangan dengan hukum humaniter internasional, karena radius ledaknya yang luas dan bahaya sisa bom kecil yang tidak meledak selama puluhan tahun.
“Senjata ini tidak dapat membedakan antara warga sipil dan kombatan,” katanya.
Lebanon sendiri merupakan salah satu negara yang paling parah terdampak bom cluster. Pada 2006, “Israel” menjatuhkan empat juta submunisi, dan sekitar satu juta di antaranya tidak meledak. Sejak itu, lebih dari 400 warga sipil Lebanon terbunuh akibat bom-bom kecil yang tertinggal.
Kontaminasi masif inilah yang menjadi salah satu pendorong lahirnya Konvensi Bom Cluster 2008.
Verifikasi Teknis M999 Barak Eitan
Gambar-gambar M999 Barak Eitan telah diverifikasi oleh enam pakar senjata, termasuk Kepala Penelitian Krisis Amnesty International, Brian Castner, serta analis dari Armament Research Services.
Peluru artileri canggih ini melepaskan sembilan submunisi, masing-masing meledak menjadi 1.200 serpihan tungsten, menurut dokumen resmi Angkatan Darat AS.
Identifikasi Ra’am Eitan: Roket Cluster Berpemandu Terbaru
Lima pakar mengonfirmasi bahwa gambar-gambar lainnya adalah sisa bom cluster. Dua analis mengidentifikasinya sebagai roket berpemandu 227mm Ra’am Eitan, diproduksi tahun 2017.
Media Israel menggambarkan senjata ini membawa 64 submunisi, yang menyebar di area luas dan mematikan apa pun di dalam radius ledaknya.
Pernyataan militer Israel pada Februari 2024 juga mengonfirmasi bahwa pasukan di perbatasan utara telah dibekali roket Ra’am Eitan untuk operasi melawan Hizbullah.
Klaim Israel soal “Tingkat Kegagalan Rendah” Bertentangan dengan Fakta
Industri pertahanan Israel mengklaim bom cluster terbaru mereka memiliki tingkat kegagalan sangat rendah—hanya 0,01% untuk Ra’am Eitan.
Namun catatan sejarah menunjukkan klaim tersebut tidak akurat.
Sebagai contoh, submunisi M85 yang digunakan Israel pada 2006 diklaim hanya gagal meledak 0,06%, namun analisis pascaperang menemukan tingkat kegagalan sebenarnya mencapai 10%.
Pakar senjata dan kelompok hak asasi manusia menegaskan bahwa tidak ada cara penggunaan bom cluster yang dapat menghindarkan warga sipil dari bahaya.
Brian Castner menekankan:
“Bom cluster dilarang secara internasional karena alasan yang jelas. Penggunaannya selalu tidak pandang bulu, tidak ada cara yang sah atau bertanggung jawab untuk memakai senjata ini—dan warga sipil akan menanggung akibatnya selama puluhan tahun.”
(PW)


