Israel Intensifkan Penangkapan Massal untuk Kukuhkan Aneksasi Tepi Barat
Menurut laporan, penggerebekan ini merupakan bagian dari penindasan Israel yang semakin intensif, menargetkan tokoh politik, pemimpin komunitas, dan mantan tahanan.
Palestina, FAKTABERITAGLOBAL.COM – Pasukan pendudukan Israel (IOF) melancarkan kampanye penangkapan massal di seluruh Tepi Barat yang diduduki pada Minggu dini hari, dengan menahan puluhan warga Palestina.
Di antara mereka yang sempat ditangkap adalah mantan anggota Arab Knesset, Haneen Zoabi, yang dibawa dari rumahnya di al-Nasira dan diinterogasi dengan tuduhan “menghasut terorisme” setelah pidato yang ia sampaikan di luar negeri. Ia kemudian dibebaskan beberapa jam setelahnya.
Menurut laporan, penggerebekan ini merupakan bagian dari penindasan Israel yang semakin intensif, menargetkan tokoh politik, pemimpin komunitas, dan mantan tahanan.
Penggerebekan di Berbagai Kota dan Desa
Penggerebekan semalam meluas ke sejumlah kota dan desa. Di Nablus, mantan tahanan Palestina Qutaiba Azem, Mahmoud Abdel Hadi, dan Musab Malitat ditahan. Di Tulkarm, Mohammed Sultan Mallah dan Dr. Mujahid Burhan Shadid ditangkap.
Di desa-desa sekitar al-Khalil (Hebron), Adam Tamer Abu Arqoub, Mustafa al-Tawil, dan Mohammed Hussein al-Alami ditahan. Sementara itu di Salfit, IOF menangkap wali kota Qarawa Bani Hassan, Ibrahim Assi, serta menyita peralatan milik pemerintah daerah.
Di Jenin, penindasan meningkat dengan interogasi lapangan terhadap pemuda Palestina di kota Jaba. Brigade Jenin – Al-Quds Brigades mengumumkan bahwa mereka menargetkan kendaraan IOF dengan tembakan hebat di sekitar Masjid Agung pada Sabtu malam.
Tepi Barat di Bawah Pengepungan
Selain penangkapan, IOF juga meningkatkan langkah-langkah represif di seluruh Tepi Barat.
Laporan lokal mengonfirmasi sedikitnya sepuluh penangkapan tambahan dalam operasi semalam, termasuk tiga pemuda dari Nablus dan enam warga di timur Qalqilya.
Di Tarqumiya, sebelah barat al-Khalil, tentara Israel menangkap seorang pria setelah ia dan keluarganya melawan upaya perampasan yang dilakukan pemukim terhadap rumah dan ternak mereka.
Penggerebekan juga menyasar al-Bireh dan kamp pengungsi Jalazone di utara Ramallah.
Di kota Ya’bad, Jenin, IOF merusak jalan, menutup pintu masuk dengan gundukan tanah, dan mengubah rumah Wali Kota Amjad Attatra menjadi lokasi interogasi sementara.
Warga ditahan selama berjam-jam sebelum akhirnya dilepaskan, sementara sejumlah rumah lain digeledah.
Penutupan pos pemeriksaan Dotan di barat Jenin praktis memutus kota Barta’a dan 8.000 penduduknya dari wilayah lainnya, sehingga menjadi blokade penuh.
Memanfaatkan Perang Gaza untuk Aneksasi Tepi Barat
Para analis memperingatkan bahwa penindasan ini merupakan bagian dari strategi Israel yang lebih luas untuk mengonsolidasikan kendali atas wilayah Palestina.
Menulis di The New York Times, Philip H. Gordon, mantan penasihat keamanan nasional AS, menuduh Israel memanfaatkan perhatian dunia yang tertuju pada Gaza untuk mempercepat aneksasi Tepi Barat.
Gordon menyoroti lonjakan pos-pos pemukim—lebih dari 100 didirikan hanya dalam setahun terakhir—serta rencana E1 yang kontroversial, yang akan memutus bagian timur al-Quds dari kota-kota Palestina di sekitarnya.
Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, secara terbuka menyatakan bahwa proyek tersebut “mengubur gagasan negara Palestina,” sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah: “Kami akan menepati janji bahwa tidak akan ada negara Palestina. Tempat ini milik kami.”
Kekerasan Pemukim Dilindungi IOF
Dorongan ekspansi ini ditopang oleh meningkatnya kekerasan pemukim. Warga Palestina menghadapi pelecehan sistematis—tanaman dibakar, kendaraan dibakar, ternak dicuri, dan pembunuhan terjadi berulang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat lebih dari 1.000 kasus serangan pemukim tahun ini, jumlah tertinggi sejak pemantauan dimulai pada 2006.
Salah satu kasus yang menonjol melibatkan pemukim radikal Yinon Levi, yang terekam menembak aktivis Palestina Awdah Hathaleen. Sementara jasad Hathaleen ditahan lebih dari seminggu, Levi dengan cepat dibebaskan pengadilan dengan alasan “kurang bukti.”
Dukungan AS terhadap Aneksasi
Sikap Washington telah semakin menyemangati pemerintah Israel. Tidak seperti pemerintahan sebelumnya yang setidaknya secara retorik menentang aneksasi, kepemimpinan AS saat ini justru meremehkannya.
Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyebut aneksasi sebagai “bukan hal final,” sementara Duta Besar Mike Huckabee menegaskan bahwa Amerika Serikat “tidak pernah meminta Israel untuk tidak menerapkan kedaulatan” di Tepi Barat.
Perlindungan politik ini berisiko mengokohkan pendudukan permanen dan mengubur prospek berdirinya negara Palestina, sekaligus semakin mengisolasi Israel di panggung internasional. (FBG)