Israel Luncurkan Serangan Udara ke Lembah Bekaa Lebanon
Seperti biasa, rezim pendudukan berupaya membenarkan pelanggarannya dengan menuduh Hizbullah “menyimpan senjata dan melakukan aktivitas militer yang mengancam keamanan Israel.
Lebanon, FAKTAGLOBAL.COM — Tentara pendudukan Israel melancarkan serangkaian serangan udara brutal pada Kamis, menargetkan berbagai wilayah di jajaran pegunungan timur dan barat Lembah Bekaa, Lebanon, yang oleh media lokal digambarkan sebagai salah satu pengeboman terberat dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut Kantor Berita Nasional Lebanon, serangan itu disertai dengan penerbangan intensif pesawat tempur Israel di ketinggian rendah di atas dataran Bekaa. Ledakan keras terdengar di berbagai wilayah pegunungan yang berjauhan, sementara kepulan asap tebal tampak membumbung dari lokasi-lokasi yang menjadi sasaran.
Sumber-sumber media Lebanon mengonfirmasi bahwa lebih dari 20 serangan udara Israel menghantam wilayah di Lembah Bekaa dan pinggiran Hermel, Lebanon timur.
Militer Israel Klaim Membom “Target-Target Hizbullah”
Dalam sebuah pernyataan, tentara pendudukan Israel mengklaim bahwa angkatan udaranya telah menyerang “sejumlah target yang berafiliasi dengan Hizbullah” di wilayah Bekaa, dengan dalih bahwa serangan tersebut “berdasarkan informasi intelijen dari Direktorat Intelijen Militer (AMAN).”
Pernyataan itu juga mengklaim bahwa serangan menargetkan “kamp pelatihan yang digunakan oleh para pejuang Hizbullah,” dan pasukan pendudukan mengaku mendeteksi keberadaan sejumlah personel di lokasi saat serangan berlangsung. Mereka menuduh lokasi tersebut digunakan untuk “melatih dan mempersiapkan pasukan guna melakukan serangan terhadap Israel.”
Rezim pendudukan juga mengklaim telah menargetkan “infrastruktur militer, termasuk fasilitas produksi rudal presisi milik Hizbullah, serta posisi militer lainnya di wilayah Shurbin, Distrik Hermel, Provinsi Baalbek-Hermel.”
Seperti biasa, Tel Aviv berupaya membenarkan pelanggarannya dengan menuduh Hizbullah “menyimpan senjata dan melakukan aktivitas militer yang mengancam keamanan Israel,” seraya menggambarkannya sebagai “pelanggaran mencolok terhadap kesepahaman antara Lebanon dan Israel.”
Pelanggaran Terus-Menerus atas Kedaulatan Lebanon
Pada hari yang sama, pesawat pengintai tak berawak Israel dilaporkan terbang rendah di atas Beirut dan pinggirannya, dalam pelanggaran baru terhadap wilayah udara Lebanon yang terjadi bersamaan dengan pengeboman di wilayah timur negara itu.
Para pengamat mencatat bahwa pelanggaran yang terus berulang — baik udara maupun darat — mencerminkan kebijakan intimidasi dan agresi Israel yang berkelanjutan, dalam pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Utusan AS Akan Kunjungi Tel Aviv di Tengah Eskalasi Israel
Eskalasi ini terjadi hanya beberapa hari sebelum kunjungan yang dijadwalkan oleh Utusan AS Morgan Ortagus ke entitas Israel pada Minggu mendatang, sebagai bagian dari apa yang disebut Washington sebagai upaya diplomatik untuk “menjaga gencatan senjata dan mencegah Hizbullah mempersenjatai diri kembali di Lebanon.”
Namun, sumber-sumber perlawanan memandang kunjungan itu sebagai bagian dari upaya Barat yang lebih luas untuk membatasi kemampuan pertahanan Lebanon, sambil menutup mata terhadap kejahatan harian Israel dan pelanggaran berulang terhadap perjanjian gencatan senjata.
Menurut laporan, pembahasan Ortagus akan berfokus pada apa yang disebut “mekanisme internasional” untuk memastikan Hizbullah tidak dapat kembali memperkuat diri di Lebanon selatan — padahal Israel sendiri terus melanggar gencatan senjata yang diklaimnya hendak dipertahankan.
Serangan Harian Meski Ada “Perjanjian Gencatan Senjata”
Tentara Israel terus melakukan serangan hampir setiap hari terhadap wilayah Lebanon, menewaskan dan melukai warga sipil di berbagai kota di wilayah timur dan selatan, sambil secara palsu mengklaim bahwa serangan-serangan itu bertujuan untuk “mencegah reorganisasi Hizbullah.”
Pada Oktober 2023, Israel melancarkan agresi besar-besaran terhadap Lebanon yang kemudian berkembang menjadi perang penuh pada September 2024, menewaskan lebih dari 4.000 syahid dan melukai 17.000 orang.
Meskipun perjanjian gencatan senjata telah dicapai pada November 2024, rezim pendudukan telah melanggarnya lebih dari 4.500 kali, mengakibatkan ratusan syahid dan korban luka tambahan.
Dalam pelanggaran terbuka terhadap perjanjian tersebut, Israel masih menduduki lima bukit Lebanon yang direbutnya selama perang terakhir, selain wilayah lain yang telah didudukinya selama beberapa dekade — menunjukkan bahwa apa yang disebut “gencatan senjata” tidak lain hanyalah kedok bagi pendudukan dan agresi yang berlanjut.
Perlawanan Lebanon Tetap Teguh
Meski menghadapi bombardemen Israel yang tiada henti dan manuver politik kekuatan Barat, perlawanan Lebanon tetap teguh. Gelombang serangan terbaru ini menegaskan semakin besarnya frustrasi Tel Aviv dan kegagalannya menundukkan Hizbullah maupun mematahkan tekad Lebanon untuk melawan.
Bagi Lebanon, jalan ke depan tetap sama — perlawanan, kedaulatan, dan keteguhan dalam menghadapi pendudukan yang hanya memahami bahasa kekuatan. (FG)


