Jet Tempur Israel Bombardir Lebanon Selatan di Tengah Eskalasi Baru
Wakil PM Lebanon Tegaskan Kegagalan AS Menegakkan Gencatan Senjata Saat “Israel” Tingkatkan Agresi Lintas Batas
LEBANON, FAKTAGLOBAL.COM – Jet tempur pendudukan Israel melancarkan gelombang baru serangan udara pada Senin malam yang menargetkan wilayah al-Jarmak dan al-Mahmoudiya di Lebanon selatan.
Sumber lapangan melaporkan bahwa serangan udara tersebut menghantam area terbuka dan pertanian di dekat perbatasan, memicu kepanikan luas di kalangan warga sipil.
Meskipun belum ada laporan korban jiwa, serangan ini menandai babak baru dalam eskalasi berkelanjutan yang dilakukan Israel terhadap front selatan Lebanon.
Dalam perkembangan terkait, pasukan pendudukan Israel melepaskan tembakan dari pos militer mereka di al-Sumaqa ke arah pinggiran Kfar Chouba, sebelum meluncurkan satu peluru ke area yang sama — semakin meningkatkan ketegangan di sepanjang perbatasan.
Upaya Mediasi Washington Gagal Total
Wakil Perdana Menteri Lebanon, Tarek Mitri, mengungkapkan bahwa Amerika Serikat gagal menekan rezim Israel agar mematuhi perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani tahun lalu.
Mitri mengungkapkan bahwa “Israel” sempat meminta adanya negosiasi politik melalui perantara pada bulan Maret, sebuah permintaan yang ditolak keras oleh Lebanon, yang menegaskan bahwa setiap dialog harus tetap terbatas pada jalur militer.
Ia menjelaskan bahwa Washington telah mengajukan apa yang disebut sebagai “inisiatif mediasi”, yang pada awalnya diyakini Beirut akan memaksa “Israel” untuk menghormati komitmen-komitmen sebelumnya — janji yang tak pernah terwujud.
“Usulan yang diajukan oleh utusan AS diterima oleh Lebanon tetapi pada akhirnya ditolak oleh ‘Israel’,” ujar Mitri, seraya mencatat bahwa pihak pendudukan terus melanggar penghentian permusuhan yang disepakati pada 27 November 2024, dengan mengabaikan seluruh ketentuan perjanjian tersebut.
Wakil Perdana Menteri Lebanon itu menegaskan bahwa negosiasi al-Naqoura saat ini telah “berputar tanpa arah,” karena “Israel tidak patuh dan juga tidak menunjukkan niat tulus untuk mematuhi” kewajibannya di bawah gencatan senjata tersebut.
Pelanggaran Terus-Menerus Sejak November 2024
Meski gencatan senjata telah diumumkan hampir setahun lalu, pendudukan Israel terus mempertahankan sikap agresif terhadap Lebanon — melakukan serangan hampir setiap hari, penerbangan pengintaian, dan tembakan artileri di sepanjang wilayah perbatasan.
Pada 18 Oktober, satu warga sipil Lebanon gugur di kota selatan Deir Kifa setelah drone Israel menembakkan tiga rudal ke arah sebuah buldoser, menurut laporan Pusat Operasi Darurat Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon.
Sebelumnya, pada 16 Oktober, pendudukan Israel melancarkan beberapa serangan udara yang digambarkan sebagai salah satu pemboman paling intens sejak gencatan senjata diberlakukan.
Dalam operasi tersebut, drone Israel menyerang bukit al-Dabsheh di pinggiran Kfar Tibnit, disusul serangan lain ke jalan utama Kawthariya al-Siyyed–al-Sharqiya, yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata dan semakin membahayakan nyawa warga sipil.
Agresi dan Impunitas yang Berkelanjutan
Sejak November 2024, “Israel” telah menjalankan kebijakan agresi dan provokasi terus-menerus di sepanjang perbatasan Lebanon, merusak semua upaya mediasi internasional.
Pejabat Lebanon berulang kali memperingatkan bahwa tindakan Tel Aviv berisiko menyeret kawasan ke dalam konflik yang lebih luas, sementara ketidakmampuan — atau ketidakmauan — Washington untuk mengekang sekutunya menegaskan runtuhnya kredibilitas Amerika sebagai mediator.
Serangan berulang Israel terhadap Lebanon selatan menyoroti rapuhnya gencatan senjata dan berlanjutnya permusuhan pihak pendudukan, sementara Perlawanan Lebanon dan rakyatnya tetap teguh membela kedaulatan dan tanah air mereka. (FG)