Jurnalis Inggris Hilang Setelah Ditahan Israel Usai Perampasan Armada GSF
Aktivis asal Skotlandia dan peserta Global Sumud Flotilla itu menghilang selama proses deportasi dari penjara Ketziot setelah tidak diberi obat-obatannya saat menjalani mogok makan.
Inggris, FAKTABERITAGLOBAL.COM – Jurnalis dan aktivis hak asasi manusia asal Inggris Yvonne Ridley dilaporkan hilang setelah ditahan oleh pasukan Israel saat berpartisipasi dalam armada kemanusiaan menuju Gaza.
Ridley, 67 tahun, termasuk di antara hampir 500 peserta Global Sumud Flotilla, sebuah misi yang berusaha mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang terkepung.
Armada tersebut dicegat oleh pasukan angkatan laut Israel di perairan internasional pada Rabu malam hingga Kamis pagi, sebelum mencapai pantai Gaza.
Menurut laporan, Ridley ditahan di penjara Ketziot di gurun Negev, di mana ia menjalani mogok makan dan tidak diberikan obat-obatannya.
Hilang Saat Deportasi ke Istanbul
Media yang mengutip sumber-sumber terpercaya melaporkan bahwa Ridley dijadwalkan untuk dideportasi ke Istanbul pada hari Minggu, namun ia menghilang selama proses pemindahan.
Lokasi keberadaannya saat ini tidak diketahui, dan kekhawatiran terhadap keselamatannya terus meningkat.
Ia sebelumnya telah diberikan akses konsuler pada hari Jumat, ketika dilaporkan bahwa kondisi penahanannya “sangat memprihatinkan.”
Keluarganya diberitahu bahwa perlakuan terhadapnya “agresif” dan “menakutkan.”
Laporan juga menyebutkan bahwa otoritas penjara Israel telah menyita obat-obatannya dan memberikan pengganti, dimana ia menolak untuk meminumnya.
Kondisi Keras dan Campur Tangan Politik
Menteri sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, terekam mengunjungi penjara Ketziot pada hari Jumat, di mana ia mengatakan bahwa aktivis flotilla harus diperlakukan sebagai “teroris” dan dipenjara selama “beberapa bulan.”
Selama kunjungan itu, para aktivis yang ditahan menghadapi Ben-Gvir dan meneriakkan “Free Palestine.”
Sebelumnya, Hamas mengutuk kunjungan Ben-Gvir sebagai “tindakan memalukan” dan menyalahkannya atas perlakuan buruk terhadap para aktivis internasional yang damai.
Gerakan tersebut mengatakan bahwa menteri Israel itu berusaha menampilkan citra palsu tentang kemenangan, sementara pemerintahnya menghadapi isolasi global yang semakin meningkat.
Penyergapan Ilegal di Perairan Internasional
Militer Israel menyita lebih dari 40 kapal dari armada tersebut dan menahan ratusan aktivis di atas kapal.
Konvoi tersebut berlayar di perairan internasional ketika dibajak, yang memicu kecaman dari pengamat internasional yang menyebut tindakan itu sebagai pelanggaran terhadap hukum maritim.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji operasi tersebut dan pasukan yang terlibat dalam penyergapan armada itu.
Beberapa peserta yang ditahan, termasuk Ridley, dikirim ke penjara Ketziot, yang telah lama dikritik oleh organisasi hak asasi manusia karena kondisinya yang keras dan catatan pelanggaran.
Reaksi Global
Demonstrasi besar terjadi di seluruh Eropa, Asia, dan Amerika Latin pada hari Jumat untuk mendukung Palestina dan mengutuk penggerebekan Israel terhadap flotilla.
Para demonstran menyerukan pembebasan segera para aktivis yang ditahan serta pertanggungjawaban atas tindakan pasukan Israel yang terlibat dalam penyergapan tersebut.
Perang Israel yang terus berlanjut di Gaza sejak Oktober 2023 sejauh ini telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Sumber: QNN, Tasnim News