Kekuatan Drone Siluman Iran "Bahaya Nyata" yang Tak Dapat Diatasi Tel Aviv
Media Israel mengakui bahwa Teheran telah menguasai teknologi siluman AS dan membangun armada drone serang dan pengintai canggih.
Iran, FAKTABERITAGLOBAL.COM – Harian ekonomi Israel Calcalist menerbitkan sebuah laporan yang mengakui apa yang disebutnya sebagai “bahaya yang berdiri di depan mata — yang tidak dapat dipecahkan oleh Israel.”
Laporan tersebut merinci keberhasilan Iran dalam melakukan rekayasa balik terhadap teknologi siluman Amerika dan mengembangkan berbagai kelas drone penghindar radar yang kini mengubah keseimbangan kekuatan regional.
Dari Penangkapan Drone AS hingga Penguasaan oleh Iran
Menurut laporan berbahasa Ibrani itu, Republik Islam Iran memperoleh teknologi siluman dan penghindar radar milik Amerika pada tahun 2011, ketika Iran berhasil menangkap drone AS RQ-170 Sentinel yang tersesat dari Afghanistan dan mendarat utuh di dekat Kashmar, Iran.
Insiden tersebut, menurut pengakuan Calcalist, bukan kebetulan.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) meluncurkan operasi perang elektronik yang mengacaukan komunikasi antara drone dan operator AS-nya, memaksanya untuk mengaktifkan protokol RTB (Return to Base).
Dengan meniru sinyal pangkalan asal, pasukan Iran berhasil menipu pesawat itu agar mendarat dengan selamat di wilayah mereka — memberi Iran akses langsung ke salah satu platform siluman paling canggih milik Amerika.
Keberhasilan Rekayasa Balik Iran
Laporan itu mengakui bahwa Iran memiliki rekam jejak panjang dan mengesankan dalam melakukan rekayasa balik terhadap teknologi militer asing — dan kemampuan ini memungkinkan Iran membangun sedikitnya lima model canggih drone tempur dan pengintai berdasarkan rancangan Sentinel tersebut.
Shahed-171 Simorgh, replika hampir identik dari RQ-170, merupakan drone siluman operasional pertama Iran.
Setelah itu dikembangkan Fotros, drone pengintai jarak jauh yang dilengkapi radar pencarian dan penyelamatan yang mampu menghasilkan citra tiga dimensi (3D).
Dengan radius operasi 2.200 km, Fotros dapat memantau setiap negara di Timur Tengah.
Calcalist juga menegaskan bahwa Iran telah mengembangkan dua seri utama drone yang diturunkan dari rancangan Shahed asli, termasuk empat model tambahan dengan sistem propulsi, kemampuan, dan peran misi yang berbeda.
Shahed-191 dan Shahed-181: Armada Siluman Operasional Iran
Laporan tersebut menyoroti Shahed-191, yang digambarkan sebagai “drone serang siluman utama Iran.”
Ditenagai oleh mesin turbojet kecil — versi Iran dari mesin TJ-100 buatan Ceko — Shahed-191 dinilai efisien, andal, dan mampu membawa empat amunisi berpemandu presisi atau bom jelajah di bawah badan pesawat, dengan opsi ruang bom internal kecil.
Radius tempurnya sekitar 500 km, batas yang dikaitkan dengan infrastruktur komunikasinya, dan dikendalikan dari jarak jauh, mirip dengan drone Israel Zik.
Model kembarnya, Shahed-181, dirancang untuk misi pengintaian dan ditenagai oleh mesin piston hemat bahan bakar, memberikan jangkauan penerbangan dua kali lipat dari Shahed-191.
Laporan tersebut mengingat bahwa pada Maret 2021, dua drone siluman jenis ini dikirim menuju wilayah Israel.
Analisis jalur penerbangan menunjukkan bahwa mereka menuju Tepi Barat, membawa pistol, amunisi, dan materi propaganda — sebuah operasi simbolis namun canggih.
Sistem Peluncuran Fleksibel dan Adaptasi Lapangan
Salah satu fitur mencolok dari Shahed-191 dan 181, diakui dalam laporan itu, adalah mobilitas dan fleksibilitasnya.
Keduanya dapat diluncurkan langsung dari kendaraan tanpa landasan pacu, menggunakan landasan peluncur sederhana yang dipasang di bak truk pickup.
Setiap jalan beraspal lurus dapat dijadikan landasan, dan drone ini mendarat dengan skid lipat (tanpa roda) — desain yang sangat cocok untuk penggunaan di medan tempur.
Generasi Berikutnya: Shahed-161 dan Shahed-141
Laporan tersebut berlanjut dengan mengidentifikasi generasi kedua dari drone siluman Iran.
Shahed-161 digambarkan sebagai drone kamikaze siluman, dilengkapi navigasi satelit dan sensor optik yang mampu melacak dan menyerang target bergerak — memberi keuntungan taktis yang signifikan.
Radius serangnya sekitar 300 km, menunjukkan perannya dalam pertahanan pantai dan operasi intersepsi laut.
Versi lainnya, Shahed-141, menggunakan mesin piston dan berfungsi utama sebagai drone pengintai dan pengawas, meskipun dilaporkan dapat membawa bom kecil.
Dengan jangkauan penerbangan lebih dari 1.300 km, pilot Israel dikabarkan sudah pernah berhadapan dengannya di medan tempur, menurut Calcalist.
Israel Mengakui Ancaman
Laporan tersebut mengajukan pertanyaan langsung:
“Drone kamikaze telah terbukti menjadi senjata paling efektif dalam perang ini. Mereka telah menyerang pangkalan militer kami, sebuah bandara, bahkan jantung Tel Aviv dan taman terkenal Caesarea.”
Dalam pengakuan langka, Calcalist mencatat bahwa Iran belum sepenuhnya mengerahkan drone silumannya bahkan dalam konflik regional terbaru, dan lebih memilih menggunakan armada drone klasiknya sembari menyimpan unit siluman untuk konfrontasi yang lebih besar di masa depan.
Surat kabar itu juga mengutip para ahli militer yang menegaskan bahwa Iran memproduksi drone paling ekonomis di dunia, jika dibandingkan antara biaya produksi dan kemampuan tempur.
Calcalist menutup laporannya dengan nada kekhawatiran dan pengakuan getir:
“Semua ini masih merupakan perkiraan, dan belum jelas sejauh mana Iran telah menggunakan teknologi silumannya dalam pertempuran, atau mengapa penggunaannya sejauh ini terbatas. Namun kita mungkin akan melihat perubahan ini dalam putaran konflik berikutnya. Orang-orang Iran mungkin diam untuk saat ini — tetapi mereka tetap musuh yang cerdas dan berbahaya, yang mampu mengubah keseimbangan kekuatan.” (FBG)