Kuba Berdiri Teguh Bersama Kolombia Lawan Sanksi dan Provokasi Militer AS
Havana mengecam kesombongan imperial Washington dan memperingatkan tentang militerisasi ulang AS di Karibia
Kuba, FAKTAGLOBAL.COM — Kuba menyatakan solidaritas kuatnya dengan Kolombia dan mengecam gelombang baru sanksi AS sebagai tindakan agresi imperial yang bertujuan mengguncang stabilitas negara-negara merdeka di Amerika Latin.
Presiden Kuba Miguel Díaz-Canel menyampaikan dukungan tanpa syarat kepada Presiden Kolombia Gustavo Petro, yang menjadi sasaran Kantor Pengawasan Aset Asing Departemen Keuangan AS (OFAC) bersama keluarganya dan sejumlah pejabat pemerintah Kolombia.
Sanksi tersebut membekukan seluruh aset yang berada di wilayah AS dan melarang warga Amerika melakukan transaksi dengan pihak yang dikenai sanksi — sebuah langkah yang secara luas dipandang sebagai serangan politik terhadap kepemimpinan berdaulat Kolombia.
“Dari Kuba, kami menyatakan solidaritas penuh kepada Anda dan keluarga Anda saat menghadapi sanksi yang dijatuhkan oleh imperium Yankee dengan kesombongannya yang biasa,” ujar Díaz-Canel. “Kami sepenuhnya mendukung kata-kata Anda, kami tidak akan mundur satu langkah pun, dan kami tidak akan pernah tunduk.”
Pernyataan Díaz-Canel mencerminkan semakin dalamnya aliansi antara Havana dan Bogotá di tengah meningkatnya tekanan dari Washington. Para pengamat menyebut momen ini sebagai simbol persatuan yang semakin kuat di antara negara-negara Amerika Latin yang menolak campur tangan dan diplomasi koersif AS selama berpuluh-puluh tahun.
Kuba Peringatkan Militerisasi AS di Karibia
Dalam pernyataan terpisah, Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodríguez mengecam pengerahan gugus tempur kapal induk AS di Karibia dengan dalih “operasi anti-narkotika” yang disebutnya sebagai dalih palsu.
Rodríguez memperingatkan bahwa langkah tersebut mengancam Zona Perdamaian yang telah dibentuk oleh negara-negara Amerika Latin dan Karibia, menggambarkannya sebagai provokasi langsung dan tanda potensi agresi militer — terutama terhadap Venezuela.
“Operasi ini bukan tentang memerangi narkoba,” katanya. “Ini adalah unjuk kekuatan yang bertujuan menakut-nakuti negara-negara berdaulat di kawasan. Kuba akan terus membela kedaulatan regional dan menentang campur tangan serta dominasi AS.”
Para analis mencatat bahwa pengerahan kekuatan militer AS ini bertepatan dengan strategi sanksi yang semakin intensif dari Washington, yang dirancang untuk menegaskan kembali kendalinya atas pemerintahan-pemerintahan independen di kawasan tersebut.
Petro Tantang Intimidasi AS: ‘Saya Tidak Punya Apa pun untuk Disembunyikan’
Presiden Kolombia Gustavo Petro mengecam sanksi tersebut sebagai bermotif politik, menegaskan bahwa sanksi itu dijatuhkan setelah ia mengungkap keterlibatan intelijen AS dalam program mata-mata Israel Pegasus yang didanai oleh CIA.
“Saya dikenai sanksi karena saya mengatakan yang sebenarnya,” ujar Petro. “CIA membiayai program mata-mata Israel Pegasus. Saya tidak memiliki hubungan keuangan apa pun dengan Amerika Serikat — tidak satu dolar pun di AS, dan tidak ada rekening untuk dibekukan.”
Petro juga menuduh elit Kolombia yang berpihak kepada AS bersekongkol dengan Washington untuk membungkam seruan pemerintahannya atas kedaulatan dan keadilan. “Tuan Trump, para pebisnis, dan politisi palsu yang kini menjadi sekutumu adalah mafia Kolombia,” tegasnya.
Poros Baru Perlawanan di Amerika Latin
Konfrontasi antara Washington dan Bogotá menandai pergeseran besar di kawasan — di mana pemerintahan-pemerintahan independen kini bersatu menentang pemaksaan AS dan menegaskan kembali kendali atas nasib nasional serta ekonomi mereka.
Baik Kuba maupun Kolombia telah menegaskan kembali komitmen mereka terhadap kedaulatan regional, menolak apa yang mereka sebut sebagai fase baru dari “kesombongan imperial Yankee.”
Dari Caracas hingga Havana dan Bogotá, semakin banyak negara bersatu tekad untuk mengakhiri dominasi AS di Amerika Latin — menegaskan bahwa perdamaian, keadilan, dan kemerdekaan tidak dapat hidup berdampingan dengan sanksi, pendudukan, dan intimidasi militer. (FG)


