Larijani: Level KTT Sharm el-Sheikh Terlalu Rendah untuk Dihadiri Iran
Larijani kecam kemunafikan AS, keterlibatan negara Arab, dan sikap diam PBB. Ia menegaskan bahwa Trump dan sekutunya di dunia Arab memikul tanggung jawab langsung atas penderitaan di Gaza dan kawasan
Iran, FAKTAGLOBAL.COM — Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Larijani, menyampaikan pidato tegas pada hari Kamis dalam acara penghormatan kepada Syahid Hossein Hamedani, yang dikenal sebagai Habib al-Haram, menyoroti peran tegas Iran dalam menghadapi terorisme regional dan konspirasi asing terhadap Republik Islam.
Larijani menegaskan bahwa kelompok teroris selalu menjadikan Iran sebagai target utama mereka, dengan tujuan mengguncang keamanan bangsa.
“Mereka ingin menghancurkan keamanan rakyat Iran. Ini adalah kelompok yang sama yang berusaha meledakkan makam Sayyidah Zaynab (salamullah ‘alaiha). Mereka berhasil dihancurkan. Daesh dikalahkan di kawasan, dan keamanan dipulihkan karena Iran bertindak bijak dan menghancurkan para teroris di luar perbatasannya,” ujarnya.
“Beberapa Peristiwa Memang Ditakdirkan untuk Menguji Bangsa”
Menanggapi peristiwa-peristiwa terbaru, Larijani mengatakan bahwa kesulitan adalah bagian dari tradisi Ilahi yang dimaksudkan untuk memperkuat bangsa.
“Dalam tradisi Ilahi, tidak ada ruang untuk keraguan. Terkadang peristiwa tertentu harus terjadi agar bangsa-bangsa diuji dan ditempa,” katanya.
Mengapa Iran Menolak KTT Sharm el-Sheikh
Larijani menjelaskan keputusan Iran untuk memboikot konferensi Sharm el-Sheikh baru-baru ini, dengan menyatakan bahwa pertemuan tersebut tidak pantas untuk dihadiri oleh Republik Islam dan sarat kemunafikan.
“Pertama, pertemuan itu terlalu rendah untuk dihadiri oleh Iran. Kedua, setelah dua tahun perang brutal terhadap rakyat Palestina — dengan sekitar 70.000 syahid — kekuatan yang sama kini mengenakan topeng ‘pencinta perdamaian.’ Apakah ini lelucon? Kalian yang membunuh dan mengepung mereka, dan sekarang berpura-pura mencari perdamaian?”
Ia menegaskan bahwa Trump dan sekutunya di dunia Arab memikul tanggung jawab langsung atas penderitaan di Gaza dan seluruh kawasan.
“Trump melihat negara-negara Arab hanya dari sisi uang,” katanya, sambil mengutip perkataan Henry Kissinger bahwa ‘Timur Tengah bisa diserahkan kepada orang Arab, tetapi minyaknya harus tetap di tangan kita.’
“Logika materialistik yang lahir dari modernitas inilah yang telah melahirkan penindasan masa kini,” tambah Larijani.
“Dewan Keamanan PBB Tidak Memiliki Nilai”
Mengkritik Dewan Keamanan PBB, Larijani mengecam kelambanannya selama perang dan agresi terhadap Iran.
“Mereka mengklaim telah membangun sistem untuk mencegah perang, tetapi selama perang melawan Iran, apakah Dewan Keamanan bertindak? Mereka bahkan menolak mengeluarkan pernyataan yang layak. Hanya ketika China dan Rusia turun tangan barulah sesuatu terjadi,” katanya.
“Dewan Keamanan tidak ada gunanya. Apa yang mereka bangun hanyalah bentuk baru dari dominasi modern. Ketika Trump berkata ingin menciptakan perdamaian melalui kekuatan — itu bukan perdamaian, itu tirani. Bukankah itu juga yang dikatakan Hitler?”
Pelajaran dari Perang 12 Hari
Larijani memuji ketangguhan angkatan bersenjata Iran selama perang 12 hari, menggambarkannya sebagai kekalahan strategis bagi rezim Zionis.
“Ada tiga faktor utama yang menyebabkan kegagalan musuh: persatuan rakyat kita, semangat pengorbanan di antara angkatan bersenjata — yang merupakan anak-anak Syahid Hamedani — dan kepemimpinan bijaksana yang mengatur pertempuran dengan cermat,” jelasnya.
Ia mengungkapkan bahwa perencanaan AS dan Israel untuk perang tersebut telah dilakukan bertahun-tahun, tetapi kesiapsiagaan dan kepemimpinan Iran menggagalkan tujuan mereka.
“Musuh Berusaha Mendistorsi Keberhasilan Iran”
Larijani memperingatkan adanya upaya media yang terkoordinasi untuk mengecilkan keberhasilan Iran dan menulis ulang narasi perang.
“Sumber asing, termasuk lembaga keamanan Zionis, mengakui jumlah besar rudal yang diluncurkan oleh Iran dan upaya pencegatan besar-besaran oleh musuh,” katanya, merujuk pada buku Under Fire yang diterbitkan oleh lembaga Israel.
Ia menambahkan bahwa bahkan berdasarkan angka musuh sendiri — 273 pencegatan dari 574 rudal — sekitar 300 rudal Iran berhasil mengenai targetnya, menunjukkan efektivitas kemampuan serangan Iran.
“Musuh mencoba fokus pada beberapa titik sensitif untuk menutupi keberhasilan keseluruhan operasi Iran,” jelas Larijani, menekankan bahwa cadangan sistem pencegat Israel mengalami penipisan serius.
Menurutnya, sekitar 25% dari stok pencegat Israel disediakan oleh Amerika Serikat, dan akan memakan waktu hingga 1,5 tahun untuk mengisinya kembali, menjadikan rezim pendudukan sangat bergantung pada sistem dan logistik udara AS.
“Kemampuan Rudal Bukan untuk Dinegosiasikan”
Menanggapi tuntutan AS untuk membatasi jangkauan rudal Iran, Larijani dengan tegas menolak segala bentuk kompromi.
“Tuntutan untuk mengurangi jangkauan rudal pada dasarnya adalah seruan untuk menyerah dan melepaskan keamanan nasional,” katanya.
“Bertahan menghadapi tekanan ini dan menjaga kekuatan rudal adalah bagian dari perlindungan terhadap kepentingan nasional dan keamanan publik.”
Ia menutup pidatonya dengan menekankan pentingnya persatuan dan tekad kolektif dalam mempertahankan kedaulatan Iran.
“Untuk menghadapi tekanan semacam ini, kita harus tetap bersatu dan berbicara dengan satu suara,” tegas Larijani.
(FG)


