Lawan Tekanan Barat, BRICS Gelar KTT Virtual Luar Biasa
KTT diprakarsai oleh Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, untuk menghadapi tekanan ekonomi dan geopolitik yang semakin besar dari Amerika Serikat dan sekutunya.
Brazil, FAKTABERITAGLOBAL.COM - Dalam unjuk persatuan yang kuat, para pemimpin BRICS menggelar KTT virtual luar biasa pada Senin, yang diprakarsai oleh Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, untuk menghadapi tekanan ekonomi dan geopolitik yang semakin besar dari Amerika Serikat dan sekutunya.
Pertemuan ini — dihadiri oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar, dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi — berfokus pada perlindungan tatanan dunia multipolar dan perumusan respons terkoordinasi terhadap tarif, sanksi, dan kebijakan luar negeri yang didukung militer oleh Washington.
KTT yang digelar secara tertutup ini membahas berbagai isu, termasuk krisis Ukraina, serangan Israel yang berlanjut terhadap Palestina, dan perlunya sistem ekonomi internasional yang lebih adil.
Brasil: Realisme di Atas Eskalasi
Presiden Lula da Silva menegaskan bahwa konflik di Ukraina tidak dapat diselesaikan melalui eskalasi militer atau narasi sepihak.
“Solusi yang realistis harus menghormati kepentingan keamanan yang sah dari semua pihak,” ujar Lula.
Terkait isu Palestina, Lula menuntut penghentian segera aksi militer Israel, serta menyerukan proses politik yang melindungi hak dan martabat rakyat Palestina.
Lula juga menyinggung langkah-langkah diplomatik terkini — termasuk pembicaraan antara Vladimir Putin dan Donald Trump — sebagai potensi langkah menuju perdamaian, yang kontras dengan pendekatan Barat yang terus mempersenjatai krisis.
China: Perlawanan Terhadap Hegemoni dan Agresi Ekonomi
Presiden Xi Jinping menyampaikan kritik tajam terhadap unilateralisme dan pemaksaan ekonomi oleh “negara tertentu” — sebuah sindiran jelas terhadap Amerika Serikat.
“Hegemoni, unilateralisme, dan proteksionisme semakin merajalela. Perang tarif dan perdagangan merusak ekonomi dunia secara serius,” kata Xi.
Xi juga menegaskan kembali keselarasan China dengan posisi Brasil dalam isu Ukraina dan Gaza, serta menyerukan negara-negara BRICS untuk memperdalam kerja sama ekonomi, membela aturan perdagangan internasional, dan menolak pemerasan ekonomi yang telah menjadi ciri khas kebijakan luar negeri Barat.
Mesir: Penolakan atas Standar Ganda
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengecam standar ganda yang mengakar dalam urusan global, yang ia sebut sebagai penyebab utama ketidakstabilan dan ketidakadilan.
“Hari ini dunia dilanda dualisme mencolok, standar ganda, dan impunitas sistemik,” tegas Sisi.
Ia menekankan bahwa BRICS menawarkan platform unik untuk membangun tatanan global yang lebih seimbang, yang tidak mengizinkan negara kuat bertindak sebagai hakim, juri, dan algojo dalam urusan dunia.
Rusia: Diam Strategis, Sikap Tegas
Meskipun pidato Presiden Rusia Vladimir Putin tidak dibuka untuk media, Kremlin menegaskan bahwa pembahasan berfokus pada peningkatan kerja sama BRICS di bidang perdagangan, keuangan, dan investasi, serta koordinasi perlawanan terhadap sanksi dan kebijakan proteksionis AS.
Kehadiran Putin dari kediamannya di Sochi menjadi simbol komitmen Moskow terhadap visi BRICS akan tatanan dunia multipolar yang berdaulat dan independen.
Kekuatan Penyeimbang terhadap Dominasi Barat
KTT luar biasa ini menegaskan kembali posisi BRICS sebagai penyeimbang utama terhadap lembaga-lembaga yang dikendalikan Barat seperti IMF, Bank Dunia, dan jaringan perdagangan yang berafiliasi dengan NATO.
Dengan berdiri bersama menentang unilateralisme, menolak standar ganda, dan mempromosikan kedaulatan ekonomi, negara-negara BRICS mengirimkan pesan tegas: era dominasi Barat yang tak tertandingi telah berakhir, dan masa depan adalah milik dunia multipolar yang dibangun di atas keadilan, saling menghormati, dan kerja sama. (FBG)



