MEMANAS! Rusia Kirim Persenjataan ke Venezuela Ditengah Meningkatnya Provokasi AS
Moskow menyatakan kesiapan mendukung Caracas menghadapi agresi Washington
Venezuela, FAKTAGLOBAL.COM — Seorang anggota parlemen senior Rusia mengungkap bahwa Moskow baru-baru ini telah mengirimkan sistem pertahanan udara canggih ke Venezuela dan mungkin akan memasok rudal jarak jauh di masa depan.
Hal ini terjadi disaat Amerika Serikat mempercepat pengerahan militernya di kawasan Karibia dengan dalih operasi pemberantasan narkotika yang menargetkan pemerintah Presiden Nicolás Maduro.
Alexei Zhuravlev, Wakil Ketua Komite Pertahanan Duma Negara Rusia, mengatakan kepada Gazeta.Ru bahwa sistem pertahanan udara Pantsir-S1 dan Buk-M2E baru-baru ini diterbangkan ke Caracas dengan pesawat angkut strategis Il-76.
“Rusia adalah salah satu mitra utama Venezuela dalam bidang teknis-militer,” kata Zhuravlev. “Kami memasok negara itu hampir seluruh spektrum persenjataan — mulai dari senjata ringan hingga pesawat tempur.”
“Jet tempur Su-30MK2 menjadi tulang punggung Angkatan Udara Venezuela, dan pengiriman beberapa batalion S-300VM telah secara signifikan memperkuat kemampuan negara ini untuk melindungi lokasi strategis dari serangan udara.”
Zhuravlev menambahkan bahwa Rusia dapat memasok Venezuela dengan rudal balistik Oreshnik dan rudal jelajah Kalibr, menegaskan bahwa tidak ada batasan internasional yang melarang transfer tersebut.
“Amerika bisa saja terkejut,” ujarnya. “Tidak ada hambatan bagi kami untuk memasok sistem terbaru kepada negara sahabat.”
Citra satelit dan catatan penerbangan menunjukkan sebuah Il-76 dari Rusia mendarat di Caracas pada 26 Oktober, meski muatannya belum dikonfirmasi secara publik.
Pasukan AS Dikerahkan Dekat Venezuela dengan Dalih “Anti-Narkoba”
Pernyataan tersebut muncul ketika AS secara dramatis meningkatkan kehadiran militernya di kawasan. Kapal induk USS Gerald R. Ford dan kapal pendampingnya telah bergerak dari Laut Mediterania melalui Selat Gibraltar menuju Atlantik Utara dan menuju Karibia, bergabung dengan pengerahan angkatan laut AS yang semakin besar di dekat Venezuela.
Sedikitnya delapan kapal perang AS, sebuah kapal selam nuklir, kapal dukungan operasi khusus MV Ocean Trader, dan berbagai aset udara — termasuk jet siluman F-35B, pesawat tempur AC-130, dan drone MQ-9 Reaper — kini beroperasi di kawasan tersebut.
Washington mengklaim pengerahan ini menargetkan penyelundup narkoba dan “diktator Nicolás Maduro”, namun pejabat tinggi AS telah mengonfirmasi opsi untuk serangan militer langsung terhadap unit militer Venezuela dan bahkan upaya merebut fasilitas minyak negara tersebut.
The New York Times melaporkan bahwa Presiden Donald Trump tengah mempertimbangkan opsi agresif tersebut, meski ada kekhawatiran tentang potensi kegagalan dan korban militer AS.
Rusia Menanggapi Eskalasi AS
Ratifikasi perjanjian pertahanan bersama oleh Moskow dengan Venezuela memberikan dasar hukum bagi kerja sama yang lebih luas, dan Kremlin secara terbuka memberi sinyal bahwa langkah Washington dapat membenarkan respons simetris.
Sejumlah analis membandingkan situasi ini dengan Krisis Rudal Kuba, meskipun Rusia memiliki berbagai opsi eskalasi terukur — termasuk pengerahan drone jarak jauh Shahed-136 atau sistem pertahanan tambahan — tanpa harus mengambil risiko yang berlebihan.
Meski berada di bawah tekanan sanksi dan tuntutan militer terkait Ukraina, Rusia tetap menunjukkan kemampuan untuk memasok sistem canggih kepada sekutu-sekutunya.
Penolakan Regional terhadap Militerisme AS
Sikap intervensi Washington mendapatkan resistensi tidak hanya dari Venezuela dan Rusia, tetapi juga dari negara-negara tetangga. Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menolak rencana AS untuk kemungkinan operasi lintas-batas terhadap kelompok kriminal:
“Itu tidak akan terjadi. Kami tidak menerima campur tangan atau intervensi.”
Sementara itu, suara bipartisan di Washington menuntut penjelasan atas penenggelaman ekstra-yudisial 15 kapal di Karibia — yang menyebabkan sedikitnya 64 kematian — dalam operasi “pemberantasan narkotika” yang diperluas.
Para pengkritik berpendapat bahwa tindakan Washington bukan tentang narkotika, melainkan tekanan geopolitik untuk menghukum pemerintah Latin yang independen, khususnya yang selaras dengan Rusia, China, dan agenda kedaulatan regional.
Ketegangan Baru di Benua Amerika
Bertemunya bantuan militer Rusia, pengerahan angkatan laut AS, dan manuver strategis kedua belah pihak menandai meningkatnya konfrontasi di Amerika Latin — kawasan yang secara historis didominasi Washington namun kini semakin menegaskan kemitraan multipolar.
Dengan Rusia memperkuat Caracas, China secara terbuka memperingatkan terhadap campur tangan AS, dan pemerintah regional menolak intervensi militer, belahan Barat menyaksikan kemunduran signifikan dominasi unilateral AS.
Seiring berkembangnya situasi, satu hal semakin jelas:
Venezuela tidak sendirian — dan dorongan militerisasi oleh Washington berisiko memicu konfrontasi regional yang mungkin tidak lagi dapat dikendalikan oleh AS. (FG)


