Mengenang Syahid Sayyed Hassan Nasrallah: Peringatan Satu Tahun di Qom
Para Ulama dan mahasiswa Universitas Internasional al-Mustafa memperingati warisan Perlawanan dan keteguhan.
Iran, FAKTABERITAGLOBAL.COM — Peringatan satu tahun Syahid Sayyed Hassan Nasrallah dan para syuhada Islam lainnya digelar pada Kamis di Sekolah Imam Khomeini, Qom, diselenggarakan oleh Universitas Internasional al-Mustafa.
Acara ini mempertemukan ulama hawzah, akademisi, dan mahasiswa berbahasa Inggris. Setelah pembacaan Al-Qur’an, Hojat al-Islam Sayed Shahryar Naqavi mengingatkan pernyataan Pemimpin Tertinggi: “Syahid Nasrallah adalah suara Islam yang fasih.”
Acara berlanjut dengan pembacaan Doa Tawassul oleh Ammar, seorang mahasiswa asal Nigeria.
Panel Akademisi
Panel pertama menampilkan tamu akademisi: Dr. Zohreh Kharazmi, Dr. Ehsan Sharif, Ny. Marzieh Hashemi, dan Dr. Reza Bagheri.
Dr. Kharazmi menyinggung kesulitan ekonomi Amerika sejak krisis 2008, serta tingginya diskriminasi yang dialami perempuan kulit berwarna dalam dunia kerja.
Dr. Ehsan Sharif menekankan janji-janji Barat yang tidak terpenuhi, mulai dari proyek nuklir Prancis yang ditinggalkan hingga kegagalan Inggris mengirimkan senjata sesuai kontrak. Ia menggambarkan perlawanan sebagai bagian integral dari tauhid, yang diwujudkan oleh Syahid Nasrallah.
Ny. Marzieh Hashemi, dari Press TV, mengatakan kebebasan di AS berakhir begitu aktivisme menjadi berpengaruh, menyinggung pemecatan mahasiswa dan penahanan berdasarkan undang-undang imigrasi sebagai bukti kemunafikan.
Dr. Reza Bagheri berpendapat bahwa pengaruh global Inggris telah lama menurun, sementara langkah terbaru Inggris dan Prancis untuk mengakui Palestina hanyalah kosong, dimaksudkan untuk memberi waktu bagi proyek Zionis “Israel Raya.”
Panel Ulama Hawzah
Panel kedua menghadirkan tokoh-tokoh hawzah: Hojat al-Islam Sayed Aqa Ali-Reza, Sheikh Mostafa Araki, Sayed Shahryar Naqavi, dan Sheikh Ali Qomi.
Sayed Aqa Ali-Reza menekankan bahwa Syahid Nasrallah adalah perwujudan hidup dari Wilayah — prinsip kepemimpinan ilahi dan loyalitas terhadapnya.
Ia menjelaskan bahwa komitmen Sayyed tidak berhenti pada ketaatan atas instruksi eksplisit; melainkan mencakup keselarasan penuh dengan kerangka intelektual dan spiritual Pemimpin.
Inilah, katanya, yang menjadikan Sayyed bukan hanya seorang tokoh politik tetapi juga seorang mukmin yang tindakannya mencerminkan iman dan kesetiaan mendalam.
Sheikh Mostafa Araki menyampaikan kritik tajam terhadap penguasa Arab, memperingatkan bahwa ketergantungan mereka yang besar pada arahan AS telah merampas kemerdekaan dan martabat mereka.
Ia menekankan bahwa meninggalkan Al-Qur’an dan bimbingan Ilahi telah menjerumuskan umat Islam ke dalam krisis berulang. Mengutip ungkapan terkenal, “Jika kalian tidak punya agama, setidaknya jadilah orang merdeka.”
Ia menyerukan para pemimpin masa kini untuk merebut kembali kehormatan mereka dan bertindak mandiri, bebas dari dikte eksternal.
Sayed Shahryar Naqavi menggambarkan perang dua belas hari terakhir bukan sebagai bentrokan terpisah antara Iran dan rezim Zionis, tetapi sebagai konfrontasi yang lebih luas di mana seluruh Barat bersatu di belakang Tel Aviv.
Ia menyoroti proyek Zionis “Israel Raya,” yang bertujuan mendominasi sumber daya Asia Barat.
Mengutip prinsip Nasrallah, “Engkau berada di pihak tertindas atau di pihak penindas,” ia menekankan bahwa konflik ini telah menggambar garis tegas yang membagi politik global.
Sheikh Ali Qomi menutup panel dengan menegaskan makna kesyahidan. Ia mengatakan bahwa keputusan musuh untuk membunuh Nasrallah sendiri adalah bukti pengaruh mendalamnya.
Seorang pemimpin yang menyerah atau berkompromi tidak akan menjadi target. “Dari darah setiap syahid, lahir syuhada baru,” katanya, menekankan bahwa pengorbanan Nasrallah telah menginspirasi generasi baru di seluruh barisan Perlawanan.
Penghormatan dan Sorotan Budaya
Acara ini juga menampilkan pemutaran rekaman pernyataan Pemimpin Tertinggi dan ucapan belasungkawa untuk Syahid Nasrallah, serta cuplikan arsip Syahid Haj Qassem Soleimani yang memberi penghormatan kepadanya.
Juga ditayangkan video pidato Nasrallah tentang perjanjian dengan Imam Husain (as), dengan seruan “Labbayk Ya Husain.”
Keluarga para syuhada menerima penghargaan kenang-kenangan, sementara mahasiswa memberikan penghormatan kreatif, termasuk puisi berbahasa Inggris yang didedikasikan untuk Nasrallah.
Acara ditutup dengan penampilan anak-anak yang membawakan lagu “Salam Farmandeh” (Salam Komandan), melambangkan penerusan nilai-nilai perlawanan kepada generasi berikutnya. (FBG/ABNA)