Menteri Israel Ancam Targetkan Pemimpin Hamas di Turki
Berbicara kepada surat kabar Saudi Elaph, Cohen menyatakan bahwa siapa pun yang terhubung dengan Hamas tidak akan tidur dengan tenang di mana pun di dunia.
Palestina, FAKTABERITAGLOBAL.COM – Sikap agresif Tel Aviv kembali terlihat jelas setelah Menteri Energi Israel, Eli Cohen, anggota kabinet keamanan Netanyahu, secara terbuka mengancam bahwa para pemimpin Hamas di Turki bisa menjadi target pembunuhan.
Berbicara kepada surat kabar Saudi Elaph, Cohen menyatakan bahwa “siapa pun yang terhubung dengan Hamas tidak akan tidur dengan tenang di mana pun di dunia.”
Pernyataannya menyoroti kebijakan rezim yang terus mengejar tokoh-tokoh perlawanan Palestina jauh melampaui wilayah Palestina yang diduduki, dengan mengabaikan hukum dan kedaulatan internasional.
Pengakuan Koordinasi Penuh dengan Washington
Cohen juga mengungkapkan kedalaman keterlibatan AS dalam kejahatan regional Israel. Mengacu pada serangan Israel baru-baru ini di Doha, ia mengakui bahwa Tel Aviv bertindak dalam “koordinasi penuh” dengan Washington.
Menyebut Amerika Serikat sebagai “sekutu terbesar Israel,” Cohen lebih jauh memuji Presiden Donald Trump, mengklaim bahwa selama masa jabatannya “konflik lebih ringan” dan memprediksi kesepakatan damai baru akan ditandatangani di era Trump.
Pernyataan ini dipandang sebagai upaya terang-terangan untuk menutupi kejahatan perang Tel Aviv dengan payung politik AS.
Menyerang Qatar dan Pihak Regional
Menteri Israel itu kemudian melontarkan retorika terhadap Qatar, menyebutnya sebagai “sumber ketidakstabilan” di Timur Tengah.
Ia menuduh Doha memiliki keterkaitan dengan Ikhwanul Muslimin dan mengklaim bahwa Qatar, bersama Iran, Turki, dan Lebanon, memberikan dukungan bagi apa yang disebutnya “kelompok teroris.”
Komentar ini mencerminkan strategi lama Tel Aviv yang terus mendemonisasi negara atau gerakan apa pun yang menolak ekspansionisme Zionis.
Para analis mencatat bahwa rezim itu berusaha mengisolasi Qatar karena dukungannya terhadap Gaza dan sikap regionalnya yang independen.
Membenarkan Pendudukan di Lebanon dan Suriah
Cohen lebih lanjut mengakui bahwa Israel akan tetap bercokol di Lebanon dan Suriah selama apa yang disebutnya “kelompok ekstremis” masih ada di sana.
Secara sinis, ia menambahkan bahwa setelah kelompok-kelompok itu mundur, tujuan akhir Tel Aviv adalah mencapai kesepakatan damai — janji yang terdengar kosong di tengah pendudukan yang berlanjut, serangan udara, dan kampanye destabilisasi.
Syarat Semu untuk Perdamaian
Menteri itu menutup dengan syarat-syarat yang ditujukan untuk memaksa penyerahan Palestina, dengan mengatakan:
“Ketika tawanan Israel dibebaskan dan Hamas meletakkan senjatanya, perang akan berakhir — bahkan bisa berakhir besok.”
Pernyataan semacam ini, menurut pengamat, mengungkapkan tujuan nyata rezim: menuntut perlucutan senjata Palestina sambil mempertahankan pendudukan dan melanjutkan agresi militer.
Komentar Cohen mencerminkan strategi Israel yang lebih luas: menyebarkan ancaman di seluruh kawasan, bergantung pada payung politik Washington, dan mendemonisasi pihak mana pun yang menentang hegemoni Zionis.
Alih-alih menandakan perdamaian, pernyataan-pernyataan ini menegaskan komitmen Tel Aviv terhadap ekspansi, agresi, dan ketidakstabilan regional. (FBG)