Meshaal Sampaikan 10 Prioritas Strategis, Serukan Aliansi Global untuk Palestina
Pemimpin Hamas Menyerukan Pembebasan Al-Quds, Pembelaan Gaza, dan Pembentukan Aliansi Global Melawan Israel
Palestina, FAKTAGLOBAL.COM – Berbicara dalam Konferensi “Ikrar untuk Al-Quds: Memperbarui Tekad Umat dalam Menghadapi Upaya Likuidasi dan Genosida” di Istanbul, Khaled Meshaal menegaskan bahwa “sudah tiba waktunya bagi umat untuk memutuskan pembebasan Al-Quds sebagai judul dan simbol pembebasan Palestina.”
Ia menekankan perlunya memurnikan Masjid Al-Aqsa, mengembalikan situs-situs suci Islam dan Kristen, serta menegaskan kembali bahwa Al-Quds adalah jantung proyek pembebasan.
Meshaal mengatakan bahwa sepanjang sejarah, setiap kali umat merasakan kezaliman, mereka bangkit dengan tekad kuat untuk membebaskan diri dari agresi dan penjajahan—dan bahwa Palestina serta Al-Quds selalu menjadi panggung besar tempat masa depan umat ditentukan.
Gaza: Mengakhiri Perang, Mengangkat Blokade, Menolak Segala Bentuk Wali Kolonial
Meshaal menyeru mobilisasi penuh seluruh upaya dan sumber daya untuk mendukung Gaza—menghentikan perang, memulihkan kesehatan dan stabilitas, memberikan bantuan, tempat tinggal, perawatan, rekonstruksi, membuka perlintasan, dan mengakhiri pengepungan.
Ia mengingatkan bahwa meskipun perang diumumkan berakhir dua bulan lalu, “pertempuran belum berakhir.”
Adegan paling brutal dari genosida mungkin mereda, tetapi kelaparan, blokade, penutupan perlintasan, penghalangan bantuan, dan pembunuhan harian terus berlangsung. “Rencana-rencana tetap berjalan, pertempuran belum selesai, dan para malaikat belum meletakkan senjata mereka. Gaza masih menunggu keberpihakan kita,” ujarnya.
Meshaal menolak keras segala bentuk perwalian, mandat, atau pendudukan ulang: “Tidak ada perwalian, tidak ada mandat, tidak ada pendudukan ulang. Rakyat Palestina mengatur dirinya sendiri dan memutuskan nasibnya sendiri. Mereka tidak membutuhkan perlindungan ataupun perwalian. Mereka menginginkan kemerdekaan, bukan mandat. Ini tanah kami, tanah air kami, takdir kami — dan kamilah yang menentukan.”
Ia juga menekankan pentingnya perlindungan terhadap proyek perlawanan dan senjatanya: “Perlawanan dan senjatanya adalah kehormatan dan kebanggaan umat. Perdamaian hanya dibuat oleh mereka yang kuat. Hak tidak dikembalikan di Dewan Keamanan, tetapi di kantor-kantor perekrutan.”
Membela Tepi Barat, Mendukung Palestina 1948
Meshaal memperingatkan bahwa Tepi Barat menghadapi pertempuran paling menentukan saat ini, dengan ekspansi permukiman, proyek Yudaisasi, dan upaya pengusiran yang terus meningkat.
Ia menyeru bangsa-bangsa untuk mendukung warga Palestina di wilayah pendudukan 1948 yang menghadapi kebijakan penindasan, pembatasan, dan demonisasi oleh Israel.
“Pertempuran terbesar adalah atas Tepi Barat, Al-Quds, dan situs-situs suci kita. Rencana-rencana terus berjalan. Ya, ini adalah tanggung jawab bangsa Arab, Muslim, dan kemanusiaan — tetapi kita yang harus memutuskan, memulai langkah, dan bersikukuh pada posisi kita. Dunia kini bersama kita setelah menyaksikan kejahatan keji Zionis yang tak lagi bisa ditoleransi.”
Ia menyerukan pembebasan para tahanan Palestina yang mengalami penyiksaan berat di penjara-penjara Israel:
“Mereka adalah keluarga kalian, kehormatan kalian. Mereka menyeru nurani Arab dan Islam dalam diri kita.”
Meshaal menekankan pentingnya membangun persatuan nasional Palestina yang sejati, di dalam dan luar negeri, berdasarkan kemitraan nyata: “Tidak ada kemenangan tanpa persatuan, tidak ada pencapaian tanpa kemitraan. Kekuatan kita tumbuh ketika kita bersama dan melemah ketika kita terpecah.” ungkapnya menekankan.
” Tidak ada pihak yang boleh memonopoli keputusan atau kepemimpinan. Tanah air ini milik kita, perjuangan ini milik kita, takdir kita satu dan bersama. Kita semua berada di bawah ancaman, dan kita tidak punya pilihan selain bekerja bersama membangun persatuan nasional untuk membebaskan dan membangun kembali tanah air kita,” tambahnya.
Mengisolasi Israel Secara Global dan Menghidupkan Kembali Gerakan Internasional untuk Palestina
Meshaal menyerukan strategi Arab–Islam yang serius untuk menghadapi dominasi, pemaksaan, dan agresi Israel. Ia menegaskan penolakan mutlak pada semua bentuk normalisasi dengan “entitas kriminal yang menjadi musuh kita semua dan ancaman bagi seluruh kawasan.”
Ia menyerukan tindakan hukum, politik, dan ekonomi terhadap Israel di tingkat global: “Operasi Badai Al-Aqsa dengan segala magnitude-nya telah menyiapkan arena internasional. Hari ini, kita bisa—dan harus—memperlakukan Israel sebagai entitas terbuang yang bertanggung jawab atas genosida terhadap rakyat kita di Gaza, Palestina, dan wilayah lainnya. Hati nurani manusia siap untuk ini. Banyak negara, lembaga internasional, serta masyarakat di Timur dan Barat kini melihat Israel sebagai entitas kriminal yang harus diadili, dihukum, dikriminalkan, dan dikutuk.”
Meshaal menyerukan penghidupan kembali mobilisasi politik, mahasiswa, media, dan gerakan rakyat di seluruh dunia: “Kita membayar harga yang sangat mahal. Gaza — dengan kekuatan, keagungan, perlawanan, dan keteguhan legendarisnya — telah memberikan hadiah kepada dunia. Ia menghidupkan kembali perjuangan kita dan menyingkap wajah sejati entitas Zionis.”
Ia menutup pidatonya dengan menyerukan pembentukan aliansi global yang luas untuk mendukung kemerdekaan dan pembebasan Palestina:
“Biarlah konferensi ini menjadi titik awal bagi terbentuknya aliansi global untuk Palestina — sebuah gerakan internasional yang cukup kuat untuk menekan entitas Zionis, sebagaimana gerakan dunia yang mendahului runtuhnya rezim apartheid di Afrika Selatan.” (FG)


