Pemimpin Palestina yang Dibebaskan Puji Keteguhan Perlawanan di Yaman, Lebanon, dan Iran
Mantan tahanan dan perancang operasi “Terowongan Kebebasan” memuji Yaman, Lebanon, dan Iran sebagai pewaris sejati keteguhan dan kasih kenabian.
Palestina, FAKTAGLOBAL.COM – Pemimpin perlawanan Palestina yang telah dibebaskan, yang dikenal luas sebagai perancang utama Operasi Terowongan Kebebasan, menggambarkan tanggal 6 September 2021 sebagai titik balik strategis dalam perjuangan gerakan tahanan Palestina.
Melalui pelarian heroik Terowongan Kebebasan dari Penjara Gilboa Israel yang dijaga ketat, enam pejuang Palestina mengubah apa yang tampak mustahil menjadi kenyataan — mengguncang fondasi lembaga keamanan Zionis dua tahun sebelum Operasi Badai Al-Aqsa.
Dalam wawancara eksklusif yang disiarkan oleh Al-Masirah TV, mantan tahanan itu merenungkan pengalaman panjangnya dalam penahanan, dari pelarian bawah tanah hingga realitas yang berkembang dari gerakan tahanan setelah Banjir Al-Aqsa, menyampaikan pesan-pesan kuat tentang iman, keteguhan, dan rasa syukur kepada dunia Arab dan Islam.
“Hanya Keturunan Rasulullah yang Berdiri Bersama Kami”
Dalam pernyataannya, pemimpin Palestina yang dibebaskan itu menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada rakyat Yaman, Lebanon, dan Republik Islam Iran, menggambarkan mereka sebagai “keturunan Rasulullah ﷺ dan keluarganya” yang tetap teguh sementara yang lain berpaling.
“Mereka meninggalkan kami sendirian — tidak ada yang berjuang di sisi kami kecuali keturunan Rasulullah ﷺ — di Lebanon, di Yaman, dan di Republik Islam Iran,” katanya.
Ia mengingat sabda Nabi: “Iman itu dari Yaman dan kebijaksanaan itu dari Yaman,” menambahkan bahwa peran mulia Yaman mewujudkan deskripsi itu, sementara Lebanon dan Iran berdiri sebagai contoh nyata keberanian dan kasih kenabian.
“Kapal kalian telah berlayar menuju Al-Quds, membelah ombak, dan insya Allah akan berlabuh di Gunung Sinai. Para tentara Yaman akan menghapus kejahatan ini. Kalian bangkit untuk Palestina dan perlawanan, memberikan pengorbanan besar dan syuhada mulia di antara para pemimpin dan tentara. Jasa kalian tidak akan pernah dilupakan — salam bagi perlawanan Yaman, salam bagi Ansarullah, salam bagi para pejuang Lebanon, dan salam bagi Republik Islam Iran — para pewaris Rasulullah.”
Keterkejutan di Antara Para Pemimpin Tahanan Palestina atas Peran Yaman
Pemimpin yang dibebaskan itu mengungkapkan bahwa para komandan Palestina yang dipenjara oleh entitas Zionis terkejut dengan kinerja Yaman selama Operasi Banjir Al-Aqsa, menggambarkannya sebagai “kejutan terbesar” di antara para tahanan yang mengikuti berita secara terbatas melalui saluran di dalam penjara Israel.
“Kami tidak terkejut Yaman berdiri teguh — itulah sifatnya. Tapi kali ini, meski terluka, terkepung, dan kelaparan, Yaman menunjukkan keteguhan luar biasa. Bahkan para penjaga Zionis ketakutan ketika rudal Yaman menghantam. Kami bisa mendengar mereka panik dan bersembunyi seperti tikus, sementara kami naik ke jendela untuk mendengarkan suara roket Yaman,” katanya.
Upaya Pembunuhan karena Memuji Yaman
Mantan tahanan itu menceritakan upaya pembunuhan hampir fatal di dalam penjara Israel pada 8 Juni 2024, ketika penjaga Zionis menuangkan klorin pekat padanya sebagai pembalasan atas pujiannya yang terbuka terhadap keberanian dan pengorbanan Yaman.
Ia menjelaskan bahwa kata-katanya tentang keteguhan Yaman membuat para penjaga marah:
“Yaman menentang bukan hanya Israel atau Amerika — Yaman menentang seluruh dunia,” katanya.
“Dengarlah, wahai rakyat Yaman, dan biarlah bangsa-bangsa mendengar di belakang kalian — bangsa-bangsa yang tidak disucikan oleh Allah. Ketika salah satu syuhada kami gugur di Palestina, kami menenun mahkota dari daun laurel untuk ditempatkan di atas kepalanya. Dan dari sandal-sandal kalian yang mulia, wahai rakyat Yaman, kami akan membuat mahkota bagi kepala umat ini yang tunduk pada para tiran.”
Pesan tentang Persatuan dan Perlawanan
Pemimpin Palestina yang dibebaskan itu menyesalkan bahwa tokoh-tokoh besar Palestina seperti Marwan Barghouti, Ahmad Sa’adat, Abbas al-Sayyid, dan Hassan Salameh dikeluarkan dari pertukaran tahanan baru-baru ini, menyebutnya sebagai “kerugian besar.”
Ia menggambarkan Barghouti sebagai “Khalil al-Wazir abad ke-21” — sosok pemersatu yang mampu mengakhiri perpecahan internal dan memulihkan kohesi nasional Palestina.
“Perpecahan internal kita adalah salah satu kelemahan yang dimanfaatkan oleh musuh. Saya percaya Marwan Barghouti memegang kunci persatuan dan koreksi arah perjuangan nasional kita,” tegasnya.
Dari Gaza ke Al-Quds: Iman, Darah, dan Takdir
Pejuang veteran itu menekankan bahwa Terowongan Kebebasan bukan hanya pelarian fisik, tetapi pesan spiritual dan politik kepada dunia — bahwa entitas Zionis adalah “ilusi, lebih lemah dari sarang laba-laba.”
“Hari ini di Gaza, kami tidak hanya melawan Israel. Kami melawan Amerika, dan seluruh koalisi kriminal,” katanya.
“Keteguhan Gaza bukanlah keteguhan manusia — di Gaza para nabi berbicara. Keteguhannya akan menuntun umat menuju Al-Quds.”
Ia menutup dengan keyakinan teguh:
“Perlawanan tidak akan berhenti sampai setiap tahanan dibebaskan. Keputusan musuh untuk mempertahankan para tawanan adalah kesalahan strategis. Sejarah akan mencatat bahwa kelanjutan penahanan warga Palestina dan Lebanon akan mempercepat kehancuran entitas ini. Kemenangan sudah dekat, insya Allah — untuk Palestina, untuk Yaman, dan untuk semua yang berdiri bersama keturunan Rasulullah.” (FG)



