Pengacara Internasional Desak ICC & PBB Selidiki Pembunuhan Jurnalis Saleh Al-Jafarawi
Para ahli HAM mengecam pembunuhan sebagai serangan langsung terhadap kebebasan pers dan menuntut akuntabilitas internasional
Palestina, FAKTABERITAGLOBAL.COM – Para pengacara hak asasi manusia mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk membuka penyelidikan resmi atas pembunuhan jurnalis Palestina terkemuka, Saleh al-Jafarawi.
Mereka menyebut kematiannya sebagai serangan yang disengaja terhadap kebebasan pers di tengah krisis yang terus berlangsung di Gaza.
Sara Segneri, seorang pengacara internasional bidang kejahatan dan HAM yang berbasis di London, mengonfirmasi pada Selasa bahwa pengaduan resmi telah diajukan kepada badan investigasi PBB, Pelapor Khusus, serta ICC.
Ia dan rekan-rekannya berpendapat bahwa pembunuhan Al-Jafarawi merupakan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan menuntut penuntutan pada tingkat tertinggi.
Suara Gaza yang Dibungkam
Selama hampir dua tahun, Saleh Al-Jafarawi menjadi salah satu suara Palestina paling dikenal dalam mendokumentasikan perang di Gaza. Melalui liputan dan kehadirannya di media sosial, ia mengungkap kejahatan perang, kehancuran massal, serta penderitaan kemanusiaan yang dialami rakyat Palestina akibat agresi Israel.
Setelah pengumuman gencatan senjata terbaru, Al-Jafarawi menyampaikan pesan penuh rasa terima kasih dari Gaza utara kepada para pendukung Palestina di seluruh dunia—mulai dari para demonstran, seniman, atlet, hingga aktivis. Itu menjadi salah satu pernyataan publik terakhirnya.
Pembunuhan yang Ditargetkan, Bukan Tragedi Biasa
Menurut pejabat Palestina, Al-Jafarawi diduga menjadi target kelompok bersenjata yang didukung Tel Aviv dan terkait dengan keluarga Daghmash—kelompok yang dituduh berkolaborasi dengan pasukan pendudukan Israel di Gaza.
Elemen-elemen ini, yang disebut terhubung dengan geng bersenjata, telah lama dicurigai berupaya mendestabilisasi Jalur Gaza dan melemahkan faksi-faksi perlawanan.
Segneri menegaskan bahwa ini “bukan tragedi acak,” melainkan tindakan terencana untuk membungkam seorang jurnalis yang mendedikasikan hidupnya untuk menyingkap kebenaran. Ia mengungkapkan bahwa Al-Jafarawi sebelumnya telah melaporkan ancaman, upaya penculikan, dan penyiksaan, serta tekanan sensor dari platform media sosial.
“Kegagalan untuk meminta pertanggungjawaban pelaku akan mengirimkan pesan mengerikan bahwa jurnalis dapat diburu dan dibunuh tanpa konsekuensi,” ungkap Segneri memperingatkan.
“Itu berarti hukum internasional tidak berarti apa-apa di hadapan kekerasan brutal.”
Kebebasan Pers dalam Bahaya
Para pembela HAM menegaskan bahwa pembunuhan Al-Jafarawi mencerminkan serangan luas terhadap kebebasan pers di Gaza.
Mereka menyatakan bahwa bahkan selama fase awal gencatan senjata, geng-geng bersenjata—yang diduga didukung Israel dan dibiarkan oleh kekuatan Barat—dimobilisasi untuk menciptakan kekacauan dan membungkam pelaporan independen di lapangan.
Di antara kelompok tersebut, faksi yang dilaporkan terkait dengan pemimpin berafiliasi ISIS, Yasser Abu Shabab, dituduh menjarah bantuan kemanusiaan dan menyerang warga Palestina yang menunggu distribusi bantuan.
Tuntutan Akuntabilitas
Para pakar hukum internasional menekankan bahwa pembunuhan Al-Jafarawi harus diselidiki dalam kerangka kejahatan terhadap jurnalis dan potensi kejahatan perang.
Mereka memperingatkan bahwa kasus ini mencerminkan preseden berbahaya di Gaza—di mana para pencari kebenaran, pendokumentasi, dan suara kemanusiaan secara sistematis menjadi target.
Jika tidak ditindaklanjuti, mereka khawatir hal ini akan mendorong kekerasan lebih lanjut terhadap jurnalis di seluruh dunia dan mengikis fondasi keadilan internasional.
Warisan Kebenaran
Lebih dari sekadar jurnalis, Saleh Al-Jafarawi menjadi simbol keteguhan Palestina. Komitmennya untuk mendokumentasikan penderitaan dan keteguhan rakyatnya menjadikannya suara yang dihormati di dunia Arab dan global.
Pesan terakhirnya kepada dunia menggema dengan keyakinan mendalam:
“Kalian akan membutuhkan satu juta tahun untuk mematahkan tekad rakyat Palestina — dan kalian tidak akan berhasil.” (FBG)