Pengungsi Gaza Kian Menderita di Tengah Agresi Israel dan Badai Musim Dingin
Puluhan orang tewas akibat bombardir, runtuhnya rumah, dan suhu beku di tengah blokade Israel serta pelanggaran gencatan senjata yang didukung AS
Palestina, FAKTAGLOBAL.COM — Bencana kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk seiring berlanjutnya agresi Israel yang berpadu dengan badai musim dingin, mendorong jumlah korban tewas terus meningkat dan membawa wilayah yang terkepung itu ke ambang kehancuran total.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan empat syuhada dan sepuluh korban luka dalam 24 jam terakhir, seraya memperingatkan bahwa angka tersebut diperkirakan akan bertambah karena masih banyak korban yang terjebak di bawah reruntuhan atau tergeletak di jalan-jalan yang tidak dapat dijangkau oleh tim penyelamat akibat lumpuhnya hampir total layanan pertahanan sipil dan ambulans.
Menurut data resmi, 383 warga Palestina gugur dan 1.002 lainnya terluka sejak perjanjian gencatan senjata pada 11 Oktober 2025, yang mencerminkan berlanjutnya pelanggaran Israel terhadap kesepakatan tersebut.
Sejak dimulainya perang Israel yang didukung AS terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023, jumlah korban terkonfirmasi mencapai 70.373 syuhada dan 171.079 luka-luka, selain 627 jenazah yang berhasil dievakuasi dari bawah reruntuhan lingkungan yang hancur.
Anak-Anak Tewas Kedinginan, Paparan Cuaca, dan Pengepungan
Badai musim dingin yang melanda Gaza menambahkan lapisan mematikan baru pada krisis ini. Sumber-sumber Palestina mengonfirmasi bahwa setidaknya 11 orang meninggal akibat suhu ekstrem dan insiden terkait cuaca, dengan mayoritas korban adalah anak-anak.
Di antara para korban terdapat bayi Taim al-Khawaja dari Kamp Pengungsi al-Shati (Beach Camp) dan Hadeel Abdullah Hamdan (9 tahun) dari Kota Gaza, yang meninggal akibat suhu beku di dalam tenda dan rumah-rumah yang hancur tanpa pemanas, isolasi, atau perlindungan dasar.
Dengan Israel terus menghalangi masuknya bahan-bahan penampungan, puluhan ribu keluarga pengungsi terpaksa bertahan menghadapi cuaca ekstrem di tenda-tenda rapuh dan bangunan setengah runtuh, menjadikan dingin musim dingin sebagai senjata mematikan yang senyap.
Rumah Ambruk dan Kamp Terendam, Infrastruktur Gaza Runtuh
Badai tersebut menyebabkan banjir meluas dan runtuhnya bangunan, merenggut korban tambahan di berbagai wilayah Gaza. Di Beit Lahiya, lima warga Palestina yang mengungsi tewas setelah sebuah rumah yang mereka tempati runtuh di kawasan Bir al-Na‘ja.
Dua warga sipil lainnya tewas setelah dinding besar roboh menimpa tenda-tenda pengungsi di lingkungan Rimal, Kota Gaza.
Korban tambahan dilaporkan di Kamp al-Shati, menyusul runtuhnya sebuah dinding, sementara seorang bayi lainnya meninggal akibat paparan dingin di tenda-tenda pengungsi di al-Mawasi, Khan Younis. Dua anak juga mengalami luka-luka setelah tenda mereka roboh di Kamp Abu Jabal.
Tim pertahanan sipil mendokumentasikan runtuhnya setidaknya sepuluh rumah dalam hitungan jam, sementara proses evakuasi terus berlangsung di kawasan Sheikh Radwan dan al-Karama di Gaza utara.
Seluruh kamp pengungsian di al-Mawasi dilaporkan terendam banjir, dengan kerusakan besar juga terjadi di Deir al-Balah, Nuseirat, dan Kota Gaza.
Pemerintah Kota Gaza Peringatkan Bencana Lingkungan dan Kesehatan
Pemerintah Kota Gaza mengeluarkan peringatan darurat terkait bencana kemanusiaan dan lingkungan yang kian memburuk, seraya mengonfirmasi bahwa angin kencang dan hujan lebat telah merusak sebagian besar tenda pengungsian.
Tim penyelamat, yang bekerja dengan peralatan sangat terbatas dan tanpa mesin penyedot air, kesulitan menangani naiknya permukaan air yang mencapai tingkat berbahaya.
Pejabat kota memperingatkan ancaman luapan air limbah, penumpukan sampah, serta risiko wabah penyakit menular, sementara ribuan pengungsi kehilangan tempat tinggal setelah tenda-tenda mereka hancur diterjang badai.
Hamas: Israel Melanggar Gencatan Senjata dan Menghalangi Bantuan Kemanusiaan
Hamas menyatakan bahwa pendudukan Israel secara sengaja melanggar perjanjian gencatan senjata, khususnya protokol kemanusiaan, dengan mencegah masuknya bahan penampungan dan pasokan penting ke Jalur Gaza.
Gerakan tersebut menyerukan kepada para mediator dan negara-negara penjamin untuk segera turun tangan dan menekan Israel agar mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan serta membuka perlintasan Rafah di kedua arah.
Hamas menegaskan bahwa kelambanan komunitas internasional merupakan bentuk keterlibatan langsung dalam hukuman kolektif Israel terhadap warga sipil Gaza.
Bencana yang Diciptakan di Bawah Pengepungan
Ketika pengungsian semakin meluas, kamp-kamp terendam banjir, dan anak-anak meninggal kedinginan, Gaza berada di ambang kehancuran kemanusiaan skala penuh—bukan semata akibat faktor alam, melainkan sebagai hasil langsung dari pengepungan dan perang Israel yang dimungkinkan oleh dukungan politik dan militer Amerika Serikat.
Tanpa intervensi internasional yang segera, jumlah korban akibat dingin, paparan cuaca, dan runtuhnya bangunan diperkirakan akan meningkat tajam dalam beberapa hari ke depan, semakin menyingkap biaya kemanusiaan dari perang yang terus berlanjut meski gencatan senjata telah diumumkan. (FG)


