Penjaga Saudi Serang Jamaah Umrah, Seruan Pengawasan Internasional Menguat di Tengah Kemarahan Publik
Rekaman viral memicu seruan pengawasan Islam internasional terhadap situs suci di tengah tuduhan penyalahgunaan dan diskriminasi di dalam Haram
Arab Saudi, FAKTAGLOBAL.COM — Sebuah video yang beredar luas menunjukkan seorang petugas keamanan Saudi secara fisik dan verbal menyerang seorang jamaah asal Mesir dan istrinya di dalam Masjidil Haram, memicu gelombang kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia Muslim, serta menghidupkan kembali seruan untuk administrasi Islam bersama atas tempat-tempat suci.
Insiden mengganggu yang direkam di dalam Masjid Al-Haram tersebut menangkap momen saat jamaah itu berteriak ketakutan ketika ia dan istrinya didorong dan diperlakukan secara agresif sebelum akhirnya ditahan oleh aparat Saudi.
Video tersebut telah dibagikan jutaan kali secara daring dan memicu badai kecaman terhadap cara Kerajaan menangani jamaah.
Insiden Berawal dari Upaya Membela Seorang Perempuan Asia
Detail kejadian yang terungkap menunjukkan bahwa perselisihan itu tidak dimulai secara acak, melainkan terjadi akibat intervensi moral dari jamaah Mesir tersebut.
Sumber-sumber melaporkan bahwa insiden bermula ketika jamaah Mesir itu melihat seorang petugas keamanan memperlakukan seorang perempuan asal Asia dengan kasar dan tidak manusiawi, di mana perempuan itu ditarik secara agresif di dalam area suci.
Hal itu mendorong jamaah tersebut untuk turun tangan dan memprotes perilaku tersebut, menegaskan bahwa tindakan seperti itu bertentangan dengan kehormatan tempat suci dan martabat para tamu Allah.
Namun petugas keamanan justru membalas dengan sikap melampaui batas dan berusaha menyerang, hingga jamaah Mesir itu meninggikan suaranya sambil berkata: “Jangan angkat tanganmu… saya berbicara padamu dengan sopan dan hormat,” sebuah ungkapan yang kemudian menjadi tagar viral.
Rekaman menunjukkan teriakan jamaah tersebut dan istrinya saat mereka didorong dan diserang, dan berakhir dengan penangkapan jamaah Mesir itu, dalam sebuah langkah yang dianggap para aktivis sebagai upaya menutup-nutupi fakta.
Respons Saudi Picu Tuduhan Penutupan Fakta
Tanggapan Otoritas Saudi terhadap insiden ini memicu kritik luas atas kurangnya transparansi, setelah pasukan keamanan haji dan umrah (Otoritas Kepolisian Saudi) mengumumkan penangkapan seseorang yang “muncul dalam konten visual dan melanggar instruksi dan peraturan yang berlaku di Masjidil Haram”, tanpa menyebutkan identitas pelaku atau menyebut bahwa jamaah tersebut mencoba membela perempuan Asia itu.
Konsulat Mesir Mulai Menyelidiki
Sumber-sumber mengonfirmasi bahwa pihak diplomatik Mesir, melalui konsulat di Jeddah, telah memulai penyelidikan untuk mengetahui detail kejadian dan memastikan perlindungan hak-hak warga negara Mesir.
Pernyataan itu memicu kecaman atas apa yang disebut aktivis dan pengamat sebagai upaya menutupi kebenaran dan melindungi pelaku.
Para pengamat menyatakan narasi resmi tersebut mencerminkan pola yang lebih luas, di mana jamaah yang menyuarakan keberatan justru dikriminalisasi alih-alih dilindungi — terutama mereka yang berasal dari negara-negara kurang mampu.
Media dan tokoh publik Mesir juga telah menuntut kejelasan dan akuntabilitas.
Sementara itu, para ulama mengeluarkan pernyataan yang menegaskan bahwa menyakiti jamaah di dalam kawasan suci adalah tindakan yang sangat dilarang, menambah tekanan moral atas tuntutan keadilan.
Kemurkaan Publik atas Perlakuan Jamaah
Para aktivis menyatakan insiden itu mengungkap pola pelanggaran sistematis dan diskriminasi dalam pengelolaan tempat suci, terutama terhadap jamaah dari negara-negara miskin.
“Ini bukan kasus tunggal,” tulis banyak netizen, memperingatkan bahwa pelanggaran berulang menandai masalah struktural serius dalam tata kelola Haram oleh Kerajaan.
Warganet menggambarkan kejadian itu sebagai pelecehan terhadap kesucian Masjidil Haram dan penghinaan terhadap “tamu-tamu Allah.”
Seruan untuk Pengawasan Islam Bersama
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya kritik terhadap kontrol Saudi atas situs-situs suci, yang menurut banyak pihak kurang transparansi, akuntabilitas, dan penghormatan terhadap martabat para jamaah.
Video tersebut kembali memicu tuntutan pengawasan Islam bersama atas Makkah dan Madinah, dengan para aktivis menegaskan bahwa tanah suci harus dikelola dengan cara yang melindungi seluruh jamaah, tanpa memandang kebangsaan maupun status sosial.
Seperti ditulis salah satu komentator daring, “Haram bukan properti pribadi — ia milik umat.” (FG)


