Pimpinan Perlawanan: Badai Al-Aqsa Tegaskan Kembali Makna Perjuangan Palestina, Gaza Bangkit Lebih Kuat
Para pemimpin perlawanan menegaskan bersama bahwa operasi pada 7 Oktober menandai titik balik strategis dalam sejarah perlawanan, mengembalikan fokus dunia pada perjuangan Palestina.
Lebanon, FAKTAGLOBAL.COM — Para pemimpin utama gerakan perlawanan Palestina — termasuk Dr. Khalil al-Hayya dari Hamas, Ziyad Nakhaleh dari Jihad Islam Palestina, dan Jamil Mazhar dari Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) —berpartisipasi dalam Konferensi Nasional Arab ke-34 di Beirut, di mana mereka menyampaikan pesan-pesan terpadu yang menekankan perlawanan, persatuan, dan tanggung jawab kolektif dalam menghadapi agresi AS–Israel.
Konferensi tersebut dihadiri oleh para tokoh politik, ulama, dan perwakilan dari berbagai gerakan Arab, dengan fokus memperkuat sikap Arab dan Islam melawan ekspansionisme Zionis serta menegaskan kembali Palestina sebagai inti perjuangan umat.
Para pemimpin perlawanan ini bersama-sama menegaskan bahwa operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober merupakan titik balik strategis dalam sejarah perlawanan, yang mengembalikan fokus dunia terhadap perjuangan Palestina dan menyingkap seluruh tingkat kebrutalan Israel.
Khalil al-Hayya: 7 Oktober Menandai Titik Balik dalam Perjuangan Melawan Pendudukan Zionis
Dr. Khalil al-Hayya, kepala gerakan Hamas di Gaza, menyatakan bahwa Operasi Banjir Al-Aqsa adalah respons langsung terhadap kejahatan Zionis selama puluhan tahun dan upaya untuk menghapus identitas Palestina.
“Tanggal 7 Oktober mengembalikan narasi sejati perjuangan Palestina,” kata al-Hayya, “dan membuktikan bahwa rakyat kami tidak akan pernah menyerah atau hilang, berapa pun besarnya agresi.”
Ia menegaskan bahwa meskipun terjadi kehancuran besar, perang Israel gagal mematahkan semangat Gaza, justru memperkuat tekadnya untuk melawan dan mempertahankan martabat rakyat Palestina.
Al-Hayya menambahkan bahwa pertempuran Banjir Al-Aqsa mengubah keseluruhan peta politik kawasan, membangkitkan kembali kesadaran Arab dan Islam terhadap perjuangan Palestina. Ia juga menyerukan penuntutan hukum terhadap kejahatan perang Israel, menegaskan bahwa kezaliman dan pendudukan bersifat sementara, sementara kebebasan adalah keniscayaan.
Ziyad Nakhaleh: Gaza Menghadapi Koalisi Global yang Dipimpin AS dan Tetap Tak Terkalahkan
Ziyad Nakhaleh, Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam Palestina, menegaskan bahwa Gaza menghadapi koalisi internasional yang dipimpin AS selama perang terakhir, namun tetap teguh, bersenjata, dan tidak terkalahkan.
Ia menisbatkan ketahanan luar biasa itu pada persatuan antar faksi perlawanan, terutama Brigade Al-Quds dan Brigade Al-Qassam, dengan menyebut koordinasi mereka sebagai faktor penentu dalam mencapai keteguhan bersejarah.
“Persatuan perlawanan adalah dasar kemenangan,” kata Nakhaleh, sambil menyerukan front nasional Palestina yang bersatu dan inisiatif Arab menyeluruh untuk memperkuat kesatuan ini.
Ia memperingatkan bahwa apa yang terjadi di Tepi Barat merupakan “pertempuran nyata yang mengancam keberadaan bangsa Palestina,” dan menyerukan seluruh faksi untuk bersatu menghadapi proyek Zionis pemecah belah.
Jamil Mazhar: Perang terhadap Gaza Adalah Kampanye Genosida untuk Menghapus Eksistensi Palestina
Jamil Mazhar, Sekretaris Jenderal Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP), menggambarkan agresi Israel yang sedang berlangsung sebagai “perang pemusnahan” yang bertujuan untuk menghapus keberadaan Palestina dan menjerumuskan dunia Arab ke dalam normalisasi dan ketergantungan.
Dalam pidato pembukaan konferensi, Mazhar menyampaikan penghormatan kepada “Gaza yang teguh, berjuang, tersakiti, namun tetap berpegang pada kearabannya.”
Ia memuji keteguhan anak-anak dan para ibu yang telah menanggung penderitaan luar biasa namun menolak mengucapkan satu kata pun menyerah.
“Keteguhan Gaza, Al-Quds, Nablus, dan Jenin tetap mengibarkan panji kehormatan Arab,” ujarnya, “menantang rencana musuh untuk mengurung rakyat Palestina di kantong-kantong terisolasi.”
Mazhar menegaskan bahwa keteguhan Gaza dan kebangkitan rakyat Arab telah mengembalikan kompas perjuangan menuju Palestina, dan menegaskan bahwa entitas Zionis akan selalu menjadi musuh bagi setiap manusia Arab dan setiap manusia merdeka.
Ia menyerukan aksi kolektif dan terorganisir untuk menghidupkan kembali proyek nasionalis Arab sebagai “jantung umat yang berdenyut dan perisai yang melindunginya dari perpecahan dan dominasi asing.”
Para Pemimpin Perlawanan Menyampaikan Terima Kasih dan Menyerukan Persatuan yang Berkelanjutan
Para pemimpin perlawanan menutup pernyataan mereka dengan mengungkapkan rasa terima kasih kepada negara dan gerakan yang telah berdiri bersama rakyat Palestina — termasuk Iran, Lebanon, Yaman, Mesir, dan Qatar — atas dukungan politik, kemanusiaan, dan militer yang terus diberikan.
Mereka sepakat bahwa kemenangan sejati terletak pada menjaga persatuan, memperkuat koordinasi antar front perlawanan, dan mempertahankan visi bersama tentang pembebasan di seluruh dunia Arab dan Islam.
“Keteguhan Gaza dan persatuan perlawanan telah mendefinisikan kembali perjuangan Palestina dalam kesadaran global,” tegas mereka, “dan bersama-sama, Front Perlawanan akan terus berjuang hingga pembebasan tercapai.” (FG)


