Putin-Trump Bahas Ukraina, Rudal Tomahawk, dan Kemungkinan KTT di Budapest
Percakapan dua jam menyoroti ketegangan mendalam atas senjata AS untuk Kiev dan upaya baru menuju negosiasi politik – dengan Moskow memperingatkan Washington agar tidak menggagalkan peluang perdamaian
Rusia, FAKTAGLOBAL.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump melakukan percakapan telepon panjang pada Kamis, menandai pembicaraan langsung pertama mereka sejak KTT Alaska pada bulan Agustus.
Diskusi yang berlangsung hampir dua setengah jam itu berfokus pada situasi di Ukraina, ancaman pengiriman rudal jelajah Tomahawk oleh AS, dan kemungkinan pertemuan tatap muka berikutnya di Budapest.
Menurut penasihat Kremlin, Yury Ushakov, percakapan tersebut digambarkan sebagai “sangat substansial dan sekaligus sangat terbuka,” menandakan campuran kerja sama dan konfrontasi di tengah memuncaknya ketegangan global.
Moskow Tegaskan Jalur Penyelesaian Politik
Putin menegaskan kembali komitmen Rusia terhadap “penyelesaian politik-diplomatik yang damai” atas konflik di Ukraina.
Namun, ia menekankan bahwa pasukan Rusia saat ini memegang “inisiatif strategis” di seluruh sektor garis depan – sebuah isyarat tegas bahwa Moskow bernegosiasi dari posisi kekuatan, bukan konsesi.
Ushakov mencatat bahwa Putin juga menyoroti serangan berkelanjutan dari Ukraina terhadap wilayah sipil, menegaskan bahwa Rusia “merespons secara tepat” terhadap serangan tersebut.
Rudal Tomahawk: Ancaman Langsung bagi Perdamaian
Poin utama perbedaan adalah rencana AS untuk memasok rudal jelajah Tomahawk kepada Ukraina. Putin memperingatkan bahwa langkah semacam itu akan sangat merusak tidak hanya dinamika pertempuran, tetapi juga prospek penyelesaian damai.
Rudal jarak jauh ini—mampu mencapai target hingga 2.500 km—dapat menjangkau Moskow dan jauh ke dalam wilayah Rusia, sebuah eskalasi yang dipandang Moskow sebagai provokasi langsung dari Washington.
Meskipun Putin mengakui bahwa rudal tersebut “tidak akan mengubah situasi di medan perang,” ia mengecam langkah itu sebagai eskalasi sembrono yang dapat menggagalkan jalur diplomatik yang rapuh dan semakin meracuni hubungan AS–Rusia.
KTT Budapest di Cakrawala
Kedua pemimpin sepakat untuk segera memulai persiapan bagi kemungkinan KTT tatap muka, dengan Budapest—di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán—muncul sebagai tuan rumah potensial.
Koordinasi selanjutnya akan mencakup percakapan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, yang menandakan keterlibatan diplomatik formal meskipun terdapat ketidakpercayaan strategis yang mendalam.
Trump menggambarkan panggilan tersebut sebagai “sangat produktif,” sambil menyebut kerja sama dalam mediasi gencatan senjata Gaza, di mana Putin memberi selamat atas upaya diplomatik terbaru Trump.
Kembali untuk Dialog atau Menuju Konfrontasi Baru?
KTT Alaska sebelumnya tidak menghasilkan terobosan besar namun diakui oleh kedua pihak sebagai langkah penting.
Dialog yang diperbarui ini, bagaimanapun, berlangsung di tengah ketegangan yang jauh lebih besar—terutama setelah Washington terus mempersenjatai Kiev.
Bagi Moskow, setiap KTT baru harus mencerminkan kepentingan keamanan bersama, bukan tekanan sepihak Amerika. Pesan Kremlin sangat jelas: negosiasi damai tidak dapat berjalan seiring dengan pengiriman rudal AS ke perbatasan Rusia.
Seiring Washington mempertimbangkan eskalasi militer lebih lanjut di Ukraina, dialog Putin–Trump menunjukkan jalur paralel diplomasi berisiko tinggi.
Apakah Budapest akan menjadi titik balik menuju perundingan—atau panggung baru konfrontasi geopolitik—akan sangat bergantung pada langkah Washington selanjutnya.
(FBG)