Sayyed al-Houthi: Hasil KTT Doha Memalukan, Picu Meningkatnya Pelanggaran Musuh
Pemimpin Ansarallah Mengecam Negara-negara Arab dan Islam karena Hanya Mengeluarkan Pernyataan Kosong Alih-Alih Langkah Nyata
Yaman, FAKTABERITAGLOBAL.COM – Sayyed Abdul Malik al-Houthi, pemimpin gerakan Ansar Allah Yaman, dengan tegas mengecam hasil KTT Arab-Islam baru-baru ini di Doha, menyebutnya sebagai “lemah dan merendahkan.”
Ia juga memperingatkan bahwa hal itu hanya memberanikan Israel untuk memperluas agresinya di seluruh kawasan.
Dalam pidato televisi pada Kamis, al-Houthi mengatakan bahwa ketiadaan keputusan praktis dari KTT tersebut terbukti menjadi bencana bagi bangsa Arab dan Islam.
“Musuh Israel terus mengancam pelanggaran lebih lanjut setelah KTT itu, yang menegaskan bahwa hasilnya rendah dan lemah, memicu ambisi musuh untuk terus melanggar Qatar dan negara lain,” ujarnya.
“Memalukan dan Menyedihkan”
Al-Houthi mengkritik pernyataan akhir KTT karena gagal mencapai level sesuai dengan kemampuan dan posisi kekuatan para pesertanya.
“KTT Arab-Islam seharusnya menghasilkan keputusan praktis yang sepadan dengan kapasitas dan posisi geografis negara-negara peserta,” katanya.
Ia mencatat bahwa komunike KTT hanya berupa deskripsi umum. “Adalah sesuatu yang memalukan dan menyedihkan bahwa pernyataan KTT menggambarkan agresi Israel hanya sebagai hambatan bagi normalisasi dengan Israel,” ujar al-Houthi.
“Apakah rezim Arab dan Islam telah sampai pada titik ketidakmampuan total untuk mengambil sikap praktis?” tanyanya. “Paling tidak, tidak ada keseriusan atau niat tulus untuk mengambil tindakan nyata.”
Kesempatan yang Terlewat untuk Langkah Nyata
Pemimpin Ansar Allah itu menguraikan langkah-langkah kuat yang bisa saja diambil, tetapi diabaikan.
Al-Houthi menyampaikan daftar langkah konkret yang seharusnya diadopsi oleh KTT:
“Memutuskan hubungan dengan musuh Israel itu mungkin dan berdampak, karena Israel yang paling diuntungkan dari hubungan ini.”
“Penutupan ruang udara Arab dan Islam bagi pesawat Israel seharusnya diumumkan, namun sebaliknya mereka justru mengizinkan musuh menggunakan langit mereka.”
“Menghapus label ‘teroris’ dari faksi perlawanan Palestina seperti Hamas, Jihad Islam, dan Brigade Al-Qassam, serta memberikan mereka dukungan politik, material, dan media.”
“Menghentikan ekspor minyak sehingga tank dan pesawat Israel tidak berjalan dengan bahan bakar Arab.”
Membandingkan KTT Arab dan Eropa
Al-Houthi membandingkan KTT Arab-Islam dengan KTT Eropa, di mana komitmen besar finansial dan militer diumumkan untuk Ukraina.
Para pemimpin Eropa mengumumkan miliaran dana dan senjata untuk Ukraina, tetapi KTT Doha bahkan tidak dapat mendeklarasikan dukungan politik atau finansial yang jelas untuk rakyat Palestina.
“Mengapa KTT Doha tidak menghasilkan komitmen nyata untuk mendukung rakyat Palestina?” tanyanya.
Ia menyebut memalukan bahwa pernyataan KTT sampai menggambarkan agresi Israel hanya sebagai hambatan bagi normalisasi dengan “Israel.”
“Rezim-rezim itu tidak mengejar opsi apa pun, terutama memutuskan hubungan dengan musuh Israel,” tegas al-Houthi. “Memutuskan hubungan itu mungkin dan efektif, karena Israel jauh lebih diuntungkan dari hubungan itu dibanding rezim yang melakukan normalisasi.”
Keterlibatan AS vs. Ketidakaktifan Arab
Al-Houthi juga menekankan keterlibatan Amerika Serikat, dengan mencatat bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri AS melakukan ritual bersama di Tembok Barat selama KTT berlangsung.
“Sikap Amerika itu praktis dan nyata, berdiri kokoh bersama Israel, sementara Arab bahkan tidak berdiri bersama satu sama lain, apalagi bersama rakyat Palestina,” katanya.
Ia menegaskan bahwa para pemimpin Arab dan Islam tidak diminta untuk berperang melawan Israel, tetapi hanya untuk memutuskan hubungan dan berhenti mendukungnya. “Kami tidak menuntut agar pemerintah berperang melawan Israel, tetapi mengapa tidak memutuskan hubungan? Mengapa tidak menghentikan dukungan dan kerja sama kalian dengannya?” tanyanya.
Seruan untuk Sikap Qur’ani
Sayyed al-Houthi menutup dengan mendesak umat untuk kembali kepada Al-Qur’an sebagai panduan dalam mengenali musuh dan mengadopsi solusi efektif.
“Kenalilah musuh melalui Al-Qur’an agar posisi kalian benar dan efektif,” katanya. “Ketahuilah solusi praktis melalui Al-Qur’an, sehingga kalian dapat bergerak menuju apa yang paling lurus, paling bermanfaat, dan paling berdampak positif.”
Ia memperingatkan bahwa kelemahan dan ketidakaktifan rezim Arab dalam menghadapi kejahatan Israel justru mendorong agresi lebih lanjut, menggambarkan hal ini sebagai bukti jelas pengabaian mereka terhadap Al-Qur’an.
“Adalah memalukan dan menyedihkan melihat KTT menghadapi permusuhan Israel dengan cara yang begitu tak berdaya, sementara musuh dipenuhi dengan kebencian dan ambisi,” tegasnya. (FBG)