Sayyed Houthi Tegaskan Yaman Siap Eskalasi Jika Israel Kembali Lancarkan Agresi ke Gaza
Dalam upacara pemakaman Syahid Al-Ghamari, Pemimpin Ansarallah menegaskan dukungan berkelanjutan untuk Palestina, mengecam kejahatan AS-Israel, dan menyoroti peningkatan kemampuan militer Yaman
Yaman, FAKTAGLOBAL.COM — Dalam pidato luas yang disampaikan pada upacara pemakaman Syahid Letnan Jenderal Staf Mohammad Abd al-Karim al-Ghamari, Pemimpin Revolusi Sayyed Abdulmalik Badr al-Din al-Houthi menegaskan bahwa jalan Yaman adalah jalan keimanan, perlawanan, dan keteguhan melawan agresi AS-Israel.
Ia memuji besarnya kehadiran rakyat dalam upacara tersebut sebagai bukti bahwa bangsa Yaman tetap teguh berjuang di jalan Allah, membela kaum tertindas, dan mendukung perjuangan Palestina.
“Di antara orang-orang beriman terdapat mereka yang menepati janji kepada Allah,” ujarnya, menegaskan momen tersebut sebagai bagian dari kewajiban Qur’ani dan identitas iman, kebijaksanaan, serta pengorbanan bangsa Yaman.
Rakyat dan Tentara: Satu Tekad, Satu Barisan
Sayyed al-Houthi menekankan ikatan organik antara rakyat Yaman dan angkatan bersenjatanya—baik militer maupun keamanan—seraya menggambarkan tentara sebagai “lengan pemukul bangsa” yang mencerminkan aspirasi rakyatnya, bukan alat penindasan.
Ia membandingkan hal itu dengan tentara-tentara Arab lainnya yang, menurutnya, sering kali diarahkan untuk melawan rakyatnya sendiri atau dibiarkan lumpuh menghadapi agresi Zionis dan Amerika.
Menggambarkan sosok sang syahid, Sayyed al-Houthi menyoroti keimanan mendalam, keikhlasan, kedisiplinan, dan kesabaran luar biasa yang dimilikinya di tengah beban berat.
Ia memuji inisiatif, kecepatan bertindak di medan perang, serta kemampuannya berinovasi di bawah tekanan, menyebut sifat-sifat ini sebagai kunci dalam mengubah tantangan menjadi peluang dan membangun kemampuan di tengah blokade dan keterbatasan.
Dua Tahun Pertempuran Penentu di Asia Barat
Meninjau dua tahun konfrontasi panas di kawasan, Sayyed al-Houthi menyatakan bahwa garis pemisah kini jelas: satu kubu berisi kaum merdeka dan para mujahid yang bergerak karena dorongan iman, kemanusiaan, dan moral, sementara di sisi lain ada musuh Zionis kriminal yang didukung oleh Washington dan ibu kota Barat lainnya, serta rezim-rezim regional yang bersekongkol.
Ia mengecam pelanggaran harian Israel di Lebanon dan Suriah serta perang genosida yang berlanjut di Gaza, menegaskan bahwa pendudukan Israel “tidak menghormati perjanjian, hukum, maupun nilai-nilai kemanusiaan.”
Sayyed al-Houthi menegaskan kembali bahwa dukungan Yaman terhadap Palestina adalah kewajiban agama, baik secara militer, material, maupun moral, sejauh kemampuan yang dimiliki.
Ia menghormati para syuhada Yaman yang gugur dalam tugas suci ini dan menegaskan bahwa solidaritas Yaman bersifat prinsipil, bukan simbolik.
Keseimbangan Strategis: Dari Pistol hingga Rudal dan Drone
Sayyed al-Houthi menyatakan adanya lompatan besar dalam industri pertahanan Yaman, di mana negara ini kini mampu memproduksi senjata secara mandiri—mulai dari senjata genggam dan senapan serbu, hingga artileri, senapan presisi, drone tempur, serta berbagai jenis rudal, dengan pengembangan yang terus berlanjut.
Sumber daya manusia: Lebih dari satu juta pejuang terlatih telah dimobilisasi dengan pendidikan Qur’ani dan pelatihan militer.
Kematangan institusional: Pelatihan, kepemimpinan, dan pengalaman tempur telah memberi keunggulan besar bagi Yaman, meskipun berada di bawah blokade dan tekanan perang.
Israel, AS, dan Rekor Kegagalan
Sayyed al-Houthi menegaskan bahwa rekam jejak pendudukan Israel selama dua tahun terakhir adalah kegagalan dan aib:
Di Gaza: Musuh tidak mampu memulihkan tawanan tanpa pertukaran, meski telah melakukan pengepungan, pembantaian, dan bekerja sama dengan Amerika.
Terhadap Iran: Entitas Zionis tidak sanggup mempertahankan konfrontasi langsung, dan dalam hitungan hari meminta de-eskalasi.
Di Lebanon: Perlawanan tetap solid, tangguh, dan tidak terguncang.
Di Laut: Upaya gabungan AS-Inggris gagal mematahkan tekad Yaman atau menghancurkan kemampuannya, meski telah mengerahkan kapal induk dan tekanan besar.
“Itu bukan pencapaian,” tegasnya tentang kebiadaban Israel. “Pembantaian bukan strategi. Itu hanya menunjukkan kebangkrutan moral, bukan kekuatan.”
Siap Eskalasi Jika Genosida Dilanjutkan
Menegaskan bahwa jalur perjuangan saat ini adalah tugas ilahi, rasional, dan strategis, Sayyed al-Houthi menyatakan kesiapan penuh untuk melanjutkan operasi dan meningkatkan level konfrontasi jika pendudukan Israel kembali melakukan perang genosida dan kelaparan terhadap rakyat Palestina.
“Kami tidak menukar prinsip. Kami tidak akan meninggalkan kewajiban Qur’ani demi kenyamanan para tiran.”
Menolak Penyerahan Diri dan “Normalisasi”
Ia mengecam rezim Arab dan kekuatan politik yang berpihak pada poros AS-Israel, menyebut hal itu sebagai kemurtadan sejati dari etika dan prinsip Islam.
Ia memperingatkan bahwa kebijakan “akomodasi” dan “normalisasi” telah gagal selama puluhan tahun, tanpa menghasilkan keamanan atau kedaulatan—hanya ketundukan yang semakin dalam.
Sayyed al-Houthi menyerukan agar reformasi negara, pemulihan ekonomi, dan inisiatif sosial terus dijalankan, namun tetap dalam bingkai perlawanan, bukan sebagai pengalihan dari ancaman utama yang datang dari proyek AS-Israel terhadap kemandirian dan iman kawasan.
Dengan berlandaskan janji-janji Ilahi, Sayyed al-Houthi menyampaikan tiga kepastian utama:
Entitas Zionis menghadapi kegagalan, kekalahan, dan akhirnya kehancuran.
Mereka yang tunduk padanya akan berbagi nasib yang sama.
Mereka yang menjawab seruan Allah dan berpegang pada petunjuk-Nya akan menang.
Ia menutup pidatonya dengan doa bagi para syuhada, yang terluka, dan para tahanan, serta menegaskan janji bahwa Yaman akan tetap waspada, siap siaga, dan terus maju—membangun kemampuan, meningkatkan kesadaran, dan berdiri bersama Palestina hingga keadilan ditegakkan. (FG)