Utusan AS Akui Washington 2 Kali Coba Ganti Rezim Iran Tapi Gagal Total
Tom Barrack mengakui puluhan tahun intervensi AS gagal mengubah sistem politik Iran, sementara Teheran menegaskan Washington menyabotase upaya diplomatik di PBB.
Iran, FAKTAGLOBAL.COM — Utusan Amerika Serikat Tom Barrack secara terbuka mengakui bahwa Washington telah dua kali mencoba melakukan pergantian rezim di Iran—dan gagal setiap kali.
Dalam wawancara dengan The National, Barrack mengatakan upaya-upaya tersebut “tidak menghasilkan apa pun” dan tidak boleh diulangi, sebuah pengakuan langka atas kebijakan intervensi AS yang berlangsung lama di kawasan Asia Barat.
Komentarnya menyoroti pola kegagalan Amerika dalam menghadapi kedaulatan Iran meski melalui sanksi, kampanye tekanan, dan operasi rahasia—kebijakan yang sering dikoordinasikan atau didukung oleh pendudukan Israel.
Barrack menegaskan bahwa AS tidak lagi mengejar pergantian rezim, dan menyatakan bahwa persoalan regional harus diselesaikan oleh aktor-aktor regional.
Barrack: Trump Terbuka pada Kesepakatan, tapi dengan Syarat Washington
Barrack menyatakan bahwa pemerintahan Trump mendukung “dialog regional” dan percaya bahwa perselisihan yang melibatkan Iran seharusnya diselesaikan secara lokal—tanpa campur tangan asing. Namun dalam waktu bersamaan, ia menetapkan syarat-syarat yang mencerminkan tuntutan lama Washington terhadap program nuklir Iran dan dukungannya kepada gerakan perlawanan.
“Saya kira Presiden kita sudah jelas,” katanya. “Ia terbuka pada pembicaraan yang nyata… Jika Iran mau mendengarkan apa yang dikatakan pemerintahan ini soal pengayaan dan penghentian pendanaan kepada proksi, itulah jawabannya.”
Pernyataan tersebut memperlihatkan tekanan berkelanjutan Washington terhadap kebijakan pertahanan dan regional Iran, sambil membingkai posisi AS sebagai ‘jalan menuju dialog.’
Barrack menambahkan bahwa Trump “tidak mendukung rencana pergantian rezim,” dan mengklaim bahwa pemerintahannya lebih memilih proses yang dipimpin negara-negara kawasan.
Namun Iran dan banyak negara di Asia Barat memandang klaim semacam itu dengan skeptis, mengingat rekam jejak panjang AS dalam destabilisasi, perang sanksi, dan dukungan terhadap agresi Israel.
Dalam wawancaranya, Barrack berargumen bahwa Trump menginginkan kesepakatan dengan Iran, tetapi hanya jika Teheran menunjukkan “keseriusan.”
“Ingat, Presiden kita baru berada di tahun kedua dalam isu ini. Iran memiliki perspektif 50 tahun,” katanya, seraya menambahkan bahwa Trump tidak akan “dipancing” ke dalam dialog yang terus menghasilkan “pembunuhan tanpa makna demi kepentingan tertentu”—sebuah komentar yang oleh para pengkritik dianggap mengabaikan peran Washington sendiri dalam memicu konflik regional, termasuk dukungan terhadap kampanye militer Israel.
Iran: AS Menghambat Pembicaraan di PBB
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi baru-baru ini menuduh Washington secara sengaja menghalangi kemajuan selama pertemuan di sela-sela Sidang Umum PBB.
Dalam sesi kabinet 1 Oktober, Araghchi menyatakan bahwa AS adalah “faktor utama” di balik gagalnya pembicaraan dengan E3 dan perwakilan Amerika.
Ia mengatakan Iran menunjukkan fleksibilitas dan kesiapan untuk mencapai kemajuan, tetapi “seperti yang telah diperkirakan sejak awal, jalur ini tidak menuju hasil karena penghalangan oleh Amerika.”
Araghchi mencatat bahwa ia telah menyampaikan laporan lengkap mengenai seluruh pembahasan diplomatik sebelum dan selama UNGA, dan menegaskan bahwa Washington menghalangi proses negosiasi di setiap tahap.
Pola Tekanan AS di Asia Barat
Pernyataan Barrack mengungkap kenyataan yang tidak nyaman bagi Washington: puluhan tahun tekanan, sanksi, operasi rahasia, dan upaya pergantian rezim tidak mampu mematahkan kedaulatan atau pengaruh regional Iran.
Saat AS terus menyelaraskan kebijakannya dengan kepentingan Israel—baik melalui sanksi, eskalasi militer, maupun obstruksi diplomatik—Teheran dan negara-negara lain yang berporos perlawanan menegaskan bahwa Washington tetap menjadi kekuatan paling destabilisasi di Asia Barat.
Dengan AS kini mengakui kegagalannya dalam upaya menggulingkan sistem politik Iran, kawasan melihat satu lagi tanda bahwa era dominasi Amerika semakin melemah. (FG)


